Selalu ada pengecualian

7 0 0
                                    


****

Pagi ini cuaca cukup menyenangkan, taburan bunga Tabebuya akibat angin sepoi yang menghiasi halaman Darma Jaya.

Kanaya bersenandung kecil, menikmati suasana menyejukkan pagi ini. Tadi dia dan Keano berpisah pada lorong sekolah, dikarenakan Keano harus memulangkan beberapa buku yang pria itu pinjam, pada perpustakaan sekolah.

"Kanaya,,,"  mendengar namanya dipanggil, gadis yang hari ini Menggunakan bandana kuning itupun menoleh.

Senyum kecil terbit pada sudut bibir mungilnya, Balita, gadis itu sudah berlari mengejar Kanaya.

"Kangen banget deh,,,diriku tuh sama kamu," Balita berucap sedikit berlebihan.

"Baru satu hari Bali, jangan lebay anda." Sahut Kanaya, gadis itu merangkul lengan Balita, dan melanjutkan langkahnya menunjuk kelas.

"Si kutub mana Nay?" tanya Balita, gadis itu sedang meniup cireng isi makanan favoritenya.

"Ke perpus dulu tadi, mau mulangin buku." jawaban Kanaya hanya dihadiahi anggukan kepala saja oleh Balita.

"Kapan pentas seni dimulai Nay?" Tanya Balita kembali, gadis itu kembali mengigit cireng isinya, sambil mengibaskan tangan kepada mulutnya karena kepanasan.

"Pelan-pelan Bali," ingat Kanaya, gadis itu terkekeh melihat Balita seperti kebakaran jenggot.

"Makan cireng waktu lagi panas tuh, sensasi nya mantap Nay."

Kanaya menggelengkan kepala,"iya deh,, suka-suka kamu aja."

"Hari ini ada latihan, untuk anak kesenian." Kanaya menjawab pertanyaan Balita tadi.

"Mau ikut?" Tawar Kanaya, gadis itu sibuk menyiapkan alat tulis serta buku paket mata pelajaran hari ini. Balita menyetujui Penawaran Kanaya dikarenakan, kedua orangnya memang masih berada di luar kota. Daripada menghabiskan waktu penuh kebosanan, lebih baik menemani Kanaya latihan.

****

Kamu tahu? Beberapa manusia menjalani hidup bukan karena keinginan, tapi, sebuah keharusan.

Kanaya menghela napas, hari ini kegiatan sekolah maupun ekstrakulikuler mampir menguras abis tenaga yang ia miliki.

Saat membuka handle pintu apartment, Kanaya menyerit melihat keadaan didalam yang gelap, apa Keano tidak berkunjung ke Apartement, memang tadi Kanaya meminta Keano untuk pulang awal, Kanaya kasian pada kekasihnya itu jika harus menunggu Kanaya, yang latihan sampai sore hari.

Kanaya melangkah menuju dapur, karena hanya lampu ditempat itu yang menyala.

"Keano,, kamu lagi apa?" Kanaya melangkah menghampiri Keano yang sedang duduk di patri ruang makan, pria itu sedang membetulkan senar gitar miliknya.

"Kirain siapa Nay, aku baru bersihin ruangan sebelah kamar kamu, dan nemuin gitar milik Ayah aku dulu," terang Keano, pria itu sedang fokus pada gitar klasik berwarna coklat tersebut.

"Emang bisa main gitarnya," tanya Kanaya, gadis itu menarik bangku lalu duduk dihadapan kekasihnya itu, Kanaya tersenyum tipis, Keano itu sama seperti udara. Jika tidak menghirupnya maka kita tidak dapat bernapas, sama seperti Kanaya yang selalu membutuhkan Keano didalam kehidupannya.

"Aku tahu, kalau wajah aku tampan, Nay,," Keano memandang kekasihnya lembut.

Kanaya memukul bahu Keano pelan, kekasihnya itu memang sedikit percaya diri. Tapi, apa yang diucapkan pria itu adalah sebuah kenyataan.

"Mandi,,, terus kita gitaran di balkon kamar kamu," perintah Keano yang diangguki oleh gadis berjepit rambut Matahari.

Setelah Mandi, gadis mungil itu segera menyisir rambut lalu mengoles minyak telon pada leher juga tangannya.

KANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang