TERIMAKASIH KANAYA

48 4 0
                                    


Kanaya sedang duduk serta memandang langit, dia bingung harus melakukan apa malem ini, untuk menghabiskan waktu karena Kanaya sama sekali belum ingin tidur. Kanaya menghela nafas, padahal sepulang Sekolah tadi Keano ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat. Tapi rencana itu gagal karena saat akan pergi Tante Siska, Ibu dari Luna menelpon mengatakan bahwa Luna tidak mau makan dari pagi, dan meminta Keano menemaninya. Sebenarnya Kanaya sedikit kecewa tapi lagi-lagi dirinya tidak boleh egois, Luna sedang sakit dan dia membutuhkan Keano yang merupakan sahabat dari gadis tersebut.

Drttt... Drttt...

Kanaya tersentak ketika mendengar bunyi telepon, di nakas meja belajarnya. Gadis itu pun bangkit untuk mengangkat telepon tersebut, senyum manis terbit di bibir merah mudanya. Pria yang sedang ada dipikirannya yang ternyata menelponnya.

"Assalamuallaikum, Calon Imam," Ucap Kanaya cekikikan. Kanaya bisa mendengar kekehan di sebrang sana, mungkin Keano hanya mengelengkan kepala mendengar ucapan Kanaya.

"Waalaikumsalam," jawab Keano. Terdengar helaan nafas, yang membuat Kanaya menyeritkan dahinya. Apa Keano sedang lelah,pikirnya.

"Kamu cape ya No?"

"Gak Nay," Sahut Pria itu singkat.

"Tapi kayaknya kamu cape deh No,"

"Gak Nay,"

"Kamu baru pulang No?" Tanya Kanaya, mancairkan susasana.

"Iya Nay."

Kanaya bingung mau jawab apalagi, dia merasa kasian kepada Keano, karna sekarang sudah pukul sebelas. Yang artinya kekasihnya itu belum sama sekali istirahat.

"Nay, kok diem?" Panggil Keano, karena kekasihnya ini,Tidak lagi cerewet bertanya ini itu pada dirinya. Tujuan Keano menelpon Kanaya selain karena merasa bersalah membatalkan acaranya untuk pergi bersama Kanaya. Pria itu juga merindukan Kekasihnya itu.

"Aku nunggu kamu yang bicara duluan,No." Keano terkekeh ya ampun untung Kanaya ini milikknya, tidak bisa dibayangkan jika kepolosannya di tunjukkan pada pria lain. Pasti Keano akan menyesal seumur hidupnya.

"Nay, maaf ya untuk hari ini."

Kanaya tersenyum meskipun Keano,tidak bisa senyuman manis itu." No, aku gakpapa kita masih bisa pergi nanti."

"Kalau Luna udah sembuh,nanti kita bisa pergi No, gak perlu minta maaf ya." Sambung Kanaya lagi.

"Makasih ya Nay,maaf belum menjadikan kamu prioritas paling utama dihidup aku."

"Gak perlu jadi prioritas paling utama No,cukup kamu selalu sama aku. Itu udah lebih cukup dari apapun." entah mengapa tanpa bisa ditahan,setetes airmata itu keluar membasahi kedua pipi Kanaya.

"Tolong jangan nyerah ya Nay, tetap sama aku. Aku sayang kamu Nay."

"Kanaya lebih sayang kamu."

Keano tersenyum mendengar ucapan Kanaya, sebisa mungkin selama hembusan nafas masih bersama dirinya. Dia tidak akan membuat Kanaya pergi dari hidupnya, Keano sadar kini dia bergantung dengan kekasihnya itu. Dia tidak akan membiarkan Kanaya pergi kemanapun, karena Keano yakin untuk melanjutkan hidup kedepannya dirinya pasti tidak sanggup.

"Janjii ya Nay, kalaupun tidak bersama setidaknya kita masih bisa saling melihat satu sama lain." entah kenapa perkataan itu meluncur begitu saja dari bibir Keano. Membuat Kanaya yang mendengar ucapan itu dari sambungan telepon termenung, memikirkannya saja membuat Kanaya meringis apalagi dia harus mengadapinya. Pembicaraan malam ini terasa sangat berat,Membuat bermacam pikiran berkecamuk didalam benak keduanya.

KANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang