Kenyataan memang menyakitkan

18 0 0
                                    

Kebenaran terkadang memang menyakitkan.

***

"Apa hal yang lo sukai di Dunia ini?" Memei bertanya random pada Farel, pagi ini mereka datang lebih awal dari teman sekelas lainnya.

"Apa ya, gue gak tau. Tapi, ada satu yang gue suka," jawab Farel menggantungkan kalimatnya.

"Apa?" Tanya Memei penasaran, gadis itu sudah menopang dagu dengan kedua tangannya, menghadap Farel.

"Lo, masa gitu aja lo gak tau," Farel tertawa, mengacak pelan rambut Memei.

Memei mencurutkan bibirnya, "kalau cita-cita lo apa?" Tanya Memei kembali.

"Gue punya satu keinginan, melebihi keinginan-keinginan gue yang lainnya, mau tau itu apa?" Tanya Farel kembali pada sang kekasih.

"Gue ini pacar lo, bukan Peramal, jadi mana gue tau Rel," sebal Memei, kekasihnya ini terlalu bertele-tele menurutnya.

"Gue mau jadi calon suami dan ayah yang baik, buat lo sama anak-anak kita nanti," jawab Farel, pria itu melebarkan kedua sudut bibirnya, menampilkan deretan gigi rapi dan putih miliknya.

"WOIIIIIIII,,,,, pagi-pagi udah membucin," Teriak Gerald, pria itu berjalan menuju bangkunya, meletakan tas serta gitar disamping bangku.

"Dari pada jadi setan kayak lo," sungut Farel kembali.

"Keano masuk Rald?" Tanya Memei, menengahi keduanya, bisa pecah gendang telinganya jika mendengar keributan antara Farel dan Gerald.

"Belum, Kanaya butuh perawatan lebih insentif, luka dibagian kepalanya emang separah itu, untung gak sampai gegar otak." Jelas Gerald, pria itu paham bagaimana kalutnya Keano saat ini.

"Semoga Kanaya lekas membaik, dan bisa beraktivitas seperti sedia kala," ucap Memei, gadis itu mengusap wajahnya dengan kedua tangan.

"Amiiiiin,,,,,," sahut Farel dan Gerald secara bersamaan.

Sudah seminggu, Kanaya terbaring di Rumah Sakit, keadaannya sudah lebih membaik. Namun, masih menjalani perawatan secara intensif. Maka dari itu Keano memutuskan untuk mengambil libur sekolah, lagi pula, siapa yang akan berani memarahi pewaris sah keluarga Wicaksono tersebut. Sekolah ini bahkan atas nama Kakek dari Keano.

***

Pria dengan mata setajam elang itu, melangkahkan kakinya, memasuki rumah mewah, yang dulu pernah ia dan bundanya tempati. Rumah dengan sejuta kenangan, tempat paling membahagiakan, serta, penuh kejadian menyakitkan.

TOKKK.....TOKKKK.......

Keano mengetok pintu Rumah besar itu dengan tidak sabaran, padahal pria itu bisa memencet bel yang tersedia, namun, emosi sepertinya menguasai dirinya saat ini.

CEKLEKKK..

Pintu itu terbuka, menampilkan Bi Ratih, orang yang dulu membantu bundanya dalam mengurus keperluan Rumah ini.

"Tuan muda, silahkan masuk. Tuan dan Nyonya ada didalam, begitu juga dengan Tuan muda Raska," jelas Bi Ratih pada Keano.

"Bagus, kalau bajingan itu ada didalam," sahut Keano, ia berjalan melewati Bi Ratih begitu saja.

Keano tersenyum miris, memandang keharmonisan keluarga bahagia yang ada dihadapannya. Pria dan wanita dihadapannya adalah orang yang menorehkan luka pada sang bunda, dan anak mereka yang membuat celaka kekasih hatinya. Keano berdecih keluarga sempurna dan saling melengkapi.

Kehadiran Keano mengalihkan atensi, Antonio Wicaksono, pria yang sudah tidak muda lagi itu, tersenyum menatap Putra Kesayangannya.

"Ayah senang kamu datang kemari," pria itu bangkit dari duduknya, menghampiri sang putra.

KANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang