Pengakuan Hati Gerald

16 0 0
                                    

***

***

Kanaya merenggangkan kedua tangannya, hanya seharian beristirahat di tempat tidur malah membuat seluruh tubuhnya lelah bahkan terasa remuk. Mungkin karena gadis mungil itu tidak melakukan aktivitas apapun.

Kanaya sudah menelpon Keano, serta menghubungi Petra, sepulang sekolah nanti mereka berencana untuk mengunjungi Renata di Apartemen gadis tersebut. Kanaya menghela napas panjang, kasian Renata. Dia pasti merasa tertekan Dengan masalah yang menimpa dirinya.

Perihal Keano dan Petra, mereka sudah menyepakati untuk tidak membahas masalah pribadi yang terjadi diantara keduanya, hal tersebut akan menjadi hal yang menganggu Renata nantinya.

"Nay,,," Kanaya tersentak kaget, saat mendengar suara Keano sudah memanggilnya.

"Disini ternyata,, aku kira kamu kemana sayang," Keano menghampiri Kanaya, mengecup puncak kepala gadis kesayangannya itu.

"Dingin,, kok gak pake jaket?"

"Gak kok,, No, Kan masih sore." sahut Kanaya, gadis itu mengenggam tangan Keano yang berada diatas pundaknya.

Kanaya menyeritkan saat melihat plester luka pada jemari Keano, "ini kenapa No?"

"Gakpapa,, tadi kena pisau sedikit, sayang."

"Lain kali hati-hati ya," Kanaya mengelus pelan jemari Keano, bahkan gadis itu meniup luka tersebut. Keano tersenyum kecil melihat apa yang sedang Kanaya lakukan.

"Kamu tau No,, aku suka langit karena diatas sana, ada orang yang aku sayangi."

"Setiap malam, mereka akan menjadi bintang paling bersinar, memberikan cahaya serta ketenangan untuk setiap penikmatnya."

"Jangan sedih,, ada aku. Om Dami sama Tante Desy, pasti sedih kalau lihat, putri kesayangannya murung kayak gini. Kamu harus ikhlas dan bahagia Kanaya, jika masa serta tugas pada bumi sudah usai, maka kita akan pergi bersama-sama kesana." Keano menunjuk keatas langit, bertepatan dengan matahari terbenam. Memancarkan sinar senja yang sangat indah.

Jika ada yang bertanya apa yang membuat Kanaya bertahan sampai saat ini? Jawabannya bukan karena dirinya kuat, bukan juga karena dirinya hebat. Tapi, ada laki-laki hebat yang selalu bersamanya.

***

"Oy, cok,,, Tegang amat ya rasanya." Farel menggosokkan kedua tangannya berkali-kali.

Ya mereka sudah berada di kediaman Renata, sudah hampir setengah jam setelah kedatangan mereka, hingga saat ini. Semua hanya diam sibuk dengan asumsi serta lamunan masing-masing.

"Gimana keadaan kamu,, Ta?" Tanya Kanaya, gadis itu melangkah untuk duduk Di samping Renata.

Renata memandang Kanaya lama, Kanaya mengulum bibirnya sedikit takut akan respon yang diberikan Renata atas pertanyaannya itu.

"Baik Nay,, makasih udah Luangin waktu lo, buat dateng kesini."

"Ta,, kamu itu temen aku."

Renata memegang tangan Kanaya, "maaf Nay,, mungkin ini karma atas perbuatan jahat gue sama lo selama ini."

Kanaya memeluk Renata, "gak ada yang perlu disesali, semua sudah berlalu. Sekarang, kamu harus sehat harus baik-baik aja. Jangan ngerasa sendiri aku, Balita sama yang lain adalah temen kamu. Kalau ada apa-apa kamu bisa cerita ke kita."

Balita mendekati mereka duduk Di samping Renata, dan memeluk keduanya. "Bukan kalian berdua tapi tiga sama gue, masa gue gak dianggap sih." Balita sudah memanyunkan bibirnya sebal.

Mereka bertiga lalu tertawa secara bersamaan," Aku sama Balita akan jadi Aunty yang baik,, untuk kamu," ujar Kanaya sambil mengelus lembut perut Renata.

KANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang