KETAKUTAN KEANO

59 3 0
                                    




****

"Sumpah ya Rald, Ngapain. Lo ajak si Ucup kesini?" gerutu Farel, ia masih kesal pada Ucup karena membocorkan perihal kencan butanya bersama Memei.

Ya, walaupun kini Farel memang menjalin kasih dengan gadis berkacamata itu.

"Ngapa dah Bang," sahut Ucup, ia sudah mencomot gorengan bakwan serta melahapnya sekali suapan saja.

"Gak usah, sok asikkk ya anda!" ingat Farel masih tak terima setengah mati.

"Gak perlu pake acara ngambek lagi deh."

"Lagian, lo juga udah pacaran juga sama Memei." sambung Gerald kembali. Yap, Pernyataan Gerald membuat Ucup keselek saat minum.

Ukhhukk... Ukhuukh..

"Dewmie apaeh Baeng?"

"Demi Romeo yang rela mati buat Juliet, Cup." Sambar Angkasa yang baru memasuki Burjo.

"Sumpah kok Memei mau sama lo sih Bang?" Ucup sudah memangku dagunya, menunggu jawaban Farel.

Demi Kakek Zeus, tolong samber mulut lemes si Ucup!  Emang Farel sejelek itu sampai-sampai, Memei yang dirugikan ketika berpacaran dengannya.

"Gue ganteng, tergila-gila deh si Memei." jawabnya singkat.

"Gak nyangka sih," Ucup masih merasakan hal yang tak wajar, masa iya. Farel dan Memei yang terkenal musuh bebuyutan bisa menjalin kasih.

"Nothing is Imposibble, kalau kata Bule mah."

Tidak mau melanjutkan, acara debatnya dengan Ucup. Farel lebih memilih menikmati Indomie Rasa Cinta buatan Bang Paijo. Dan akan segera pulang kerumah untuk pamer pada Cecilia Sang Mami tercinta.

"Bang Samudera mana?" Tanya Angkasa, karena sedari tadi dia tidak melihat keberadaan Kakak kelasnya itu.

"Samudera itu, punya cewek. Emangnya lo jomlo akut!" sungut Farel, emang ya namanya juga Farel

"Biasa aja kali, baru juga pacaran. 2 hari 3 jam 15 menit 55 detik juga!" ucap Ucup menghitung frekuensi waktu Farel dan Memei menjalin Kasih.

"Anj, emang kalian semua!" bukannya kesal semua hanya menertawakan kelakuan Farel yang absurd.

****

Antonio memijat keningnya pelan, bisnisnya mengalami gangguan sedikit. Karena salah satu investor yang sudah sepakat bekerja sama dengannya, memilih untuk membatalkan kerjasama mereka. Yang membuat Antonio kesal adalah bukan permasalahan berapa kerugian atau keuntungan yang ia dapatkan, tapi lebih kepada rasa gengsi yang tinggi. Bagaimana bisa perusahaan rintisan itu mengambil alih investor miliknya, Antonio tidak mengenal kata kalah apalagi mengalah, hidup adalah aturannya. Semua harus sesuai dengan perintahnya.

"Perusahaan milik Damian Winata Pak," Ujar seorang Pria besar dengan otot kekar pada kedua lengannya.

"Selidiki semuanya, hancurkan semua yang dia miliki. Sampai tak tersisa!"

Senyuman licik itu, senyuman yang membuat semua orang bergidik ngeri. Banyak orang-orang yang tidak ingin berurusan dengan Keluarga Wicaksono, karena mereka begitu mengenali bagaimana cara mereka berbisnis. Tidak ada kata menyerah, mereka akan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya, termasuk menghancurkan lawan rata sampai pada dasarnya.

Pria yang berdiri dihadapannya,menunduk memberi penghormatan. Sebelum ia menjalan tugas yang diberikan atasannya, ini adalah hal biasa yang ia jalani.

***

KANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang