CHAPTER 23

6.1K 674 61
                                    



Tusukan dari dinginnya udara dini hari ini benar-benar membuat sosok Pangeran Tunggal yang masih memejamkan matanya itu bergerak tidak nyaman di dalam selimut dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut yang memiliki aroma feronom milik Sang Kapten

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tusukan dari dinginnya udara dini hari ini benar-benar membuat sosok Pangeran Tunggal yang masih memejamkan matanya itu bergerak tidak nyaman di dalam selimut dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut yang memiliki aroma feronom milik Sang Kapten. Entah berapa kali Jaemin mengganti posisinya, sosok manis itu menyadari jika Jeno sudah tidak ada disampingnya, dengan kata lain, sosok tampan itu sudah bangun entah berapa menit yang lalu. Namun bukan berarti Jaemin mau repot-repot membuka kedua belah mata cantiknya untuk memastikan jika Jeno memang tak ada disampingnya. Ia lebih memilih melanjutkan tidurnya, hingga nanti Jeno akan kembali masuk ke kabin kapten ini dan membangunkan sosok Pangeran Tunggal yang mulai menunjukan sifat malasnya itu.

Dan benar saja, tidak membutuhkan waktu yang lama, sebuah suara memecah keheningan di dalam kabin kapten ini. Di mulai dari pintu yang kembali dibuka, menandakan seseorang masuk dan sebuah suara langkah kaki yang berat dengan suara cukup nyaring, suara dari sebuah sepatu boots yang Jaemin yakini adalah milik Sang Kapten. Merasa ia telah membuang beberapa menit waktu miliknya untuk bangun, Jaemin menarik selimut yang menutupi seluruh tubhnya dan membuka kedua belah matanya dengan perlahan, berusaha menyesuaikan cahaya lentera yang walau tidak begitu terang bisa membuat Jaemin kesulitan membuka matanya.

Dalam samar, sebuah tama kecil bisa Jaemin dengar. Membuat tubuh ramping itu seketika bangun dari tidurnya dan melihat kearah Jeno tajam. Membuat sosok yang sedaritadi hanya memperhatikannya mendekat. Saat mendekat, dengan mata terbuka namun masih setengah sadar. Jaemin bisa melihat Jeno dengan pakaian khas miliknya, celana hitam dengan sparrow shirt putih miliknya juga boots dan baldric diantara tubuhnya dengan beberapa pistol dan belati. Mata sebelah kirinya ditutup oleh eye patch, membuat siapapun kini tak bisa melihat pupil mata Sang Kapten yang sebiru lautan itu.

Sambil menunggu Jeno semakin dekat padanya, Jaemin mengeluarkan sebuah pertanyaan. "Kita sudah sampai di Poerti?" Pangeran tunggal itu berusaha untuk turun dari ranjang, telapak kakinya menginjak lantai kayu dari kapal yang terasa begitu dingin.

Sebuah kecupan singkat Jeno berikan pada ujung bibir Jaemin, lalu setelahnya ia mengangguk. "Ya, kita sudah sampai."






Poerti adalah salah satu Negeri yang besar di dalam peta Deveria juga disebut dengan Negeri para kurcaci. Dini hari ini, saat matahari bahkan belum menunjukan dirinya Jaemin sudah dulu terbangun bersama dengan anggota kru kapal Jeremy yang lain. Udara dingin setidaknya tidak begitu terasa sekarang, karena Pangeran Tunggal itu menggunakan sebuah jubah berwarna biru dengan bahan wol. Sang Kapten memberikannya sesaat ia berganti baju di dalam kabin kapten tadi. Satu tangannya memegang sebuah lentera sambil melirik ke sekitaran.

Semua anggota kru kecuali Jeno, Koeun dan Giselle berkumpul di main deck, membuat Jaemin merasa gemas. Terutama saat melihat wajah-wajah anggota kru lain yang terlihat masih mengantuk, Pangeran tunggal itu berusaha menahan tawanya saat melihat Jisung dan Chenle yang sama-sama melamum mengumpulkan nyawa mereka, karena keduanya adalah orang terakhir yang bangun. Soobin terlihat duduk sambil memperhatikan lentera yang dipegangnya. Sedangkan Yiyang yang duduk disamping Soobin kini tertidur dengan nyaman, menjadikan bahu pemuda yang pandai memasak itu menjadi bantal sementara.

ROYALS PIRATE • The Ruthless Ocean [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang