CHAPTER 25

6.6K 680 81
                                    



[Kalau ada typo mohon dimaafkan ya]


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Rasa penasaran timbul saat pemudi cantik itu melihat kakak tirinya yang selalu memasuki satu ruangan khusus yang sama sekali tidak boleh ia masuki. Bruxa selalu dingin seperti biasanya, membuat hari-hari yang dilalui oleh Ningning terasa hambar dan datar. Dalam diam, ia berdiri bersembunyi diantara dinding yang menghalanginya melirik kearah pintu yang masih tertutup rapat, menandakan jika kakak tirnya yang merupakan pemimpin dari negeri Bruxa itu masih diam di dalam sana.

Tidak tahu pasti sudah berapa lama sosok yang lebih tua darinya itu berada di dalam ruangan itu, namun yang pasti Ningning sudah merasa jika ia bersembunyi dan berdiri sudah sangat lama diantara tembok ini. Dan sudah sangat cukup untuk membuat kedua kakinya merasakan pegal. Beberapa menit kembali berlalu, dan itu terasa sangat lambat. Namun, hasil dari pemudi itu menunggu akhirnya datang.

Kun keluar dari pintu ruangan yang sedaritadi diperhatikan oleh Ningning, membuat Ningning dengan segera menyembunyikan seluruh tubuhnya di balik dinding. Ia diam untuk beberapa detik, dalam keheningan mendengarkan suara dari langkah kaki kakak tirinya yang semakin lama terdenar semakin mengecil. Yang artinya Kun berjalan semakin jauh. Detik berlalu namun Ningning sama sekali belum berani mendekat kearah pintu, ia merasa harus menunggu sedikit lebih lama untuk memastikan Kun benar-benar pergi.

Entah berapa menit Ningning menunggu, hingga ia akhirnya mulai berjalan kearah pintu. Tidak ada kunci fisik untuk membuka pintu ini, karena pintu ini dilindungi oleh mantra. Perlu diingat jika Ningning adalah salah satu ahli sihir dengan tingkatan yang cukup tinggi walaupun ia masih begitu muda. Ia berhenti tepat di depan pintu, matanya melirik kiri kanan seblum ia fokus pada pintu kayu yang ada dihadapannya.

"Fungura ianua." Bisik Ningning kecil, sambil telapak tangannya menyentuh pintu yang ada dihadapan. Sayangnya pintu itu tidak mau terbuka, membuat Ningning mengulangi mantranya dengan yang lebih kuat dari yang sebelumnya ia lafalkan, "Vekiri ianua."

Pintu yang ada dihadapannya masih tidak mau terbuka, dengan sedikit rasa kesal, Ningning menendang pintu itu kecil yang rupanya menghasilklan suara yang cukup nyaring membuat pemudi itu mengumpat kecil dan melihat kearah kiri dan kanan secara bergantian. Hingga ia mengeluarkan mantra lainnya, "Vula ianua."

Derit dari suara pintu yang terbuka akhirnya bisa terdengar mengalahkan keheningan yang terjadi. Ningning tersenyum kecil sebelum masuk ke dalam ruangan yang cukup menguras emosinya hanya untuk membuka pintu. Tidak ada yang aneh dengan ruangan yang cukup luas ini, bahkan hampir sama dengan ruang utama milik kakak tirinya menghabiskan waktu untuk mengurusi negeri Bruxa ini. Jadi aneh rasanya jika harus ada ruangan yang tidak boleh ia masuki, dengan dalam ruangan yang tidak berbeda jauh dengan ruangan lain. Jadi, sudah pasti ada sesuatu yang tidak beres dari ruangan yang kini ia masuki.

ROYALS PIRATE • The Ruthless Ocean [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang