CHAPTER 32

4.5K 634 115
                                    

Senjata adalah sesuatu yang diperlukan sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Senjata adalah sesuatu yang diperlukan sekarang. Semua anggota kru memilikinya, sebuah belati, pisau atau pistol. Bukankah hal ini adalah sebuah aturan tak tertulis, kemanapun kau pergi, senjata harus selalu ada ditangan. Bodohnya Jaemin, Pangeran Tunggal itu memiliki tiga senjata, satu belati yang ia dapatkan dari Ryujin, satu pistol dari Hyunjin dan sebuah sabit yang Jeno belikan untuknya saat berada di Fistaneth. Namun tidak satupun senjata itu berada di genggamannya sekarang. Seharusnya ia tidak melepaskan senjatanya. Ingin rasanya menyalahkan Sang Kapten, karena Jaemin ingat betul jika Sang Kapten lah yang melepaskan baldric miliknya saat berada di kabin kapten sebelum mengikatnya. Tapi rasanya sangat tidak bertanggung jawab untuk melemparkannya pada Jeno. Satu-satunya hal yang ia miliki adalah tali kur putih yang ia ikatkan di pinggangnya kemarin malam. Dan sekarang, Jaemin bahkan tak tahu dimana tali itu.

Mereka masih berada di ruang utama rumah inap. Semuanya terlihat sibuk mencari senjata yang mereka bawa, kecuali Jaemin. Sebuah tangan terulur padanya, mata Jaemin menatap kearah sebuah pistol yang ditunjukan padanya. Pyrate skull pistol, dengan sebuah ukiran cantik seperti ombak laut menuju ujung lubang tembak. Pangeran Tunggal itu tahu betul siapa pemiliknya, Giselle. Karena Jeno bilang pistol milik Giselle adalah salah satu syarat untuk membawa Giselle bergabung. Pemudi itu tidak mau bergabung jika Sang Kapten tidak memberikannya Pyrate skull pistol. Jadi, Jaemin merasa sangat ragu untuk menerimanya.

Dengan cepat Jaemin menggelengkan kepalanya, "Giselle, aku tidak bisa menerimanya. Walau maksudmu adalah kau meminjamkannya untuk beberapa saat."

Mendengar Pangeran Tunggal itu menolak untuk mengambil senjata yang ia tawarkan. Giselle segera menarik kembali tangannya. Lagi pula, tidak mudah bagi Giselle menawarkan seseorang menggunakan pistol yang sudah menjadi bagian dari hidupnya selama berlayar. Karenanya pemudi itu tidak mau repot-repot memaksa Jaemin untuk menerima pistol miliknya.

Jeno yang sedari tadi memperhatikan akhirnya berjalan mendekat kearah Jaemin, "Gunakan ini."

Sebuah pedang yang biasanya dibawa oleh Sang Kapten diantara baldric yang ia gunakan. Sebuah pedang double shell guard cutlass, pedang perak panjang dengan ukuran sedikit besar juga sebuah ukiran cangkang dari kerang menuju bilah tajam pedang. Pangeran Tunggal itu menatap kearah Jeno, pikirannya sama sekali tidak merasa bingung. Ia dengan ragu mengambil pedang yang diberikan oleh Sang Kapten, lalu setelahnya tersenyum kecil. "Terima kasih."

"Kapten! Seseorang berdiri di depan pintu!" sebuah seruan kecil dari Chenle setelah ia mengintip dari balik lubang pintu utama.

Yiyang segera berjalan cukup cepat kearah jendela, untuk melihat siapa yang berada di luar rumah inap ini. Keheningan mengisi ruang utama, tidak satupun berani mengeluarkan suara saat pemudi itu melihat dari arah jendela untuk memastikan apa yang dilihat oleh Chenle. Seolah memberikan waktu bagi Yiyang untuk fokus atau mungkin fakta jika ada seorang pemuda di luar saja sudah cukup membuat mereka terkejut. Beberapa detik Yiyang berusaha meneliti apa yang ia lihat, hingga ia menjauhkan diri dari jendela rumah inap itu lalu menutup jendela dengan kasar.

ROYALS PIRATE • The Ruthless Ocean [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang