01

7.1K 419 17
                                    

.























Kedua manik tajamnya menatap sebuah kotak yang terbuka bernuansa hitam yang terletak di atas meja dengan berbagai bentuk pisau yang ada disana. Berbagai ukiran ukiran yang terlihat cantik disana kini membuat pisau pisau itu semakin istimewa. Ia mengukir senyum tipis mengambil sebuah pisau kecil yang berkilau seperti cahaya satu satunya di ruangan itu.

Jeritan luar biasa kuat yang mengisi ruangan itu semakin menambah keinginannya untuk menutup  mulut sampah yang cuma bisa mengeluarkan makian dan ancaman kepadanya. Pisau yang berada di dalam genggamannya kini dimasukkan di sebuah saku celana kain yang ia kenalan.

Berjalan santai dengan wajah datarnya melewati sebuah ruangan yang sangat gelap tanpa satupun cahaya yang menerangi disana. Sebuah fila besar yang hanya bisa di datangi oleh nya— dan juga siapapun yang menjadi tawanannya. Sebuah ketukan  sepatu mahal seperti alarm yang berbunyi menandakan bahwa kematian mereka sudah dekat.

Membuka pelan sebuah pintu yang dimana terdapat tiga orang yang menjadi tawanannya kali ini. Jeritan sakit dari mereka semakin membuat senyum nya menjadi lebar seakan ia sedang menikmati moment indahnya kali ini. Ia membawa dua orang sekaligus untuk kembali pulang ke sisi yang maha kuasa lagi dalam sekejap mata.

Ia menghentikan langkah nya begitu sampai di hadapan mereka yang kini hanya diam menangis tanpa mau berbicara sepatah kata pun. Menekan saklar lampu untuk menerangi setidaknya sedikit dari wajah dan penampilan mereka saat ini.

Lagi lagi ia tersenyum. Menikmati setiap wajah yang penuh luka dengan kedua tangan yang terikat masing masing di belakang tubuh yang penuh luka lebam dimana mana. Sungguh sebuah kesenangan yang tiada tara baginya.

Mengambil sebuah pisau tajam yang berada di sakunya dan mengarahkan pada sosok pria paruh baya yang tengah menangis histeris melihat bagaimana mengerikan dirinya. Menggeleng geleng seolah tidak ingin pisau kesayangannya menyentuh kulit mereka Lagi.

Ia tertawa. Melangkah mendekati sekaligus meneliti wajah wajah menjijikan yang terlalu berani mengusik daerah kekuasaannya. Datang mengantarkan nyawa hanya karena ingin mendapatkan sebuah bayaran mahal dan tidak ternilai. Dan inilah ujungnya, mereka tidak akan kembali pada keluarga mereka lagi sebab disini adalah akhir dari kehidupan mereka dan akhir dari segalanya.

"T-tuan maafkan aku—"

Ia tersenyum meremehkan sebuah kata yang baru saja keluar dari mulut sampah pria ini. Semua orang akan berkata maaf disaat mereka sudah menyadari ap yang mereka lakukan adalah sebuah hal yang menjijikan yang bahkan mengotori mata.

"Aku tidak butuh maafmu."

Ia tidak membutuhkan sebuah kata maaf dari siapapun yang mengusik ketenangannya. Lagipula ia hanya akan menusuk jantung dan membuat kedua kelopak mata itu keluar dan semuanya selesai. Tidak ada hal spesial yang harus ia nikmati lagi setelahnya. Mereka yang tidak melawan adalah hal yang cukup membosankan baginya. Tanpa berlama lama lagi, Pisau yang dipegang oleh tangan kanannya kini diangkat menuju ke dada pria yang kini sudah memucat ketakutan dan tidak bisa melakukan apapun.

"Harusnya kalian tidak datang membawa nyawa padaku."

Suaranya bergema di ruangan kecil nan sempit yang hanya di isi oleh tiga orang itu membuat kedua orang disana menegang kaki ditempat duduk masing masing. Melihat bagaimana kejamnya sosok yang menjadi incaran nomor satu dari banyak orang. Berlomba lomba untuk mencari tahu seperti apa kehidupan sosok yang telah membuat semuanya gempar akan berita dimana mana.

Dan sekarang adalah titik dimana mereka akan menikmati sisa sisa hidup yang hanya tinggal beberapa detik saja. Nafas yang saling beradu menghirup udara disana dengan cepat, Karena ruangan yang kecil membuat pasokan udara disana berkurang.

CRUELTY'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang