Chapter 02. What If

297 34 2
                                    

"Edith! Editha!" Teriak Amara sambil berlari kecil menyusuri lorong kampus ke arah sahabatnya

"Apaan? Apa?!" Edith yang sedang sibuk dengan laptop dipangkuannya seketika mengangkat kepalanya.

"Lu harus tau! Sini! Liat gue dulu!" Ucap Amara dengan antusias.

"Apaan?" Edith menutup laptopnya lalu memberikan atensi penuh pada Amara.

"Tebak gue habis apa?"

"Nggak usah pake tebak-tebakan deh. Ini gue lagi nugas buat besok."

"Ih, tebak dulu." Amara menggoyangkan lengan Edith dengan setengah memaksa.

"Abis macul."

"Serius dong, Dith."

"Yaudah cepetan." Edith mulai gusar karena tugasnya masih menumpuk.

"Gue..." Dengan gayanya yang sok misterius. "..Tadi jalan sama Aldrian." Ucap Amara sambil tersenyum lebar.

"SERIUS?!" Edith hanya menutup mulutnya dengan raut tidak percaya.

"Kan gue bilang juga apa. Ikut BEM pasti ada hikmahnya." Ucap Amara sambil tersenyum bangga.

"Terus lu jalan sama dia ngapain aja? Nonton? Coffee date? Cepet ceritain!" Kali ini Edith yang tidak kalah antusias.

"Nyari barang kebutuhan ospek."

"Yeeee..." Raut antusias Edith seketika berubah. Rasa penasarannya ikut terjun bebas.

"Kok gitu responnya?" Sahut Amara dengan raut kesal.

"Itu lu dimanfaatin aja." Ucap Edith sambil tersenyum sini.

"Ih, nggak ya."

"Buktinya apa?"

"Tadi dia nyamperin gue ke fakultas. Terus abis itu kita nyari kebutuhan ospek bareng-bareng. Beres nyari barang, dia traktir gue lunch. Dia cerita banyak tentang BEM sama Senat. Seru banget asli orangnya, Dith. Gue makin jatuh cinta jadinya." Sahut Amara dengan berbunga-bunga.

"Lu kebayang nggak sih, Dith."

"Nggak." Jawab Edith cepat.

Amara nampaknya tidak peduli dengan respon Edith dan kembali meneruskan ceritanya.

"Aldrian itu kurang apa coba? Pinter, ganteng, karismatik, seru."

"Percuma pinter-ganteng-karismatik-seru kalo cuma berakhir jadi temen makan siang aja."

"Emang lu tuh nggak ada bahagia-bahagianya kalo liat temennya seneng." Sahut Amara sambil merenggutkan bibir. "Semangatin kek."

"Gue sih mau-mau aja. Tapi asal jelas." Edith kembali membuka laptopnya dan meninggalkan Amara yang masih senyum-senyum sendiri.

Orientasi BEM.

Ternyata ospek BEM tidak seindah yang dibayangkan Amara. Tubuhnya nyaris remuk karena latihan fisik dan kurang tidur selama 2 hari. Ketika ia sedang beristirahat di bawah pohon dekat tendanya, sesosok pemuda datang.

"Amara sehat kan?" Ucap Reyhan sambil menyodorkan sebotol air mineral.

Hampir mati kayaknya, Kak.

"Sehat kok. Ini cuma mau ngelurusin kaki aja." Jawab Amara berdalih. Ia menerima minuman dari Reyhan sambil mengucapkan terima kasih.

"Kalo lu ngerasa nggak enak badan. Langsung bilang aja sama anak medis." Sahut Reyhan.

Amara menganggukkan kepalanya pelan. Keduanya hanya terdiam kikuk. Tidak lama, Reyhan beranjak pergi.

Amara lalu membuka botol air mineral yang diberikan oleh Reyhan dan meneguknya perlahan.

Stranger [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang