Dua bulan sudah berlalu, berarti tinggal empat bulan lagi waktu yang dijanjikan Aldrian pada Amara. Pemuda itu sejujurnya masih bingung kemana ia akan membawa hubungannya dengan gadisnya. Terus terang, jalannya buntu.
Kalau Amara bertanya apa yang sudah ia siapkan dan jalankan selama ini, sudah tentu Aldrian menjawabnya dengan senyum lebar dan penuh kepastian. Padahal, faktanya Aldrian belum menyiapkan apa-apa.
Semuanya masih jalan di tempat.
Pemuda itu hanya memandangi layar laptopnya sambil berpikir keras. Kalimat yang harus ia tulis untuk memulai laporannya seketika buyar sudah. Aldrian hanya bisa mengetuk-ngetuk pulpennya ke meja sambil menggigit bibir, tepat sebelum pintu ruangan kantornya terbuka dengan Amara berdiri di situ.
"Tada!" Sapanya girang.
Gadis dengan setelan rapi itu muncul sambil mengembangkan senyum lebarnya, membuat Aldrian mencelos. Sebanyak itu ternyata ia menyayangi Amara.
"Kaget nggak?" Tanya Amara sambil berjalan masuk dan menarik kursi di depan Aldrian.
"Nggak liat jantung aku ada di lantai sekarang?" Jawab Aldrian dengan raut serius dan menunjuk ke arah lantai kosong di sampingnya.
"Ulang lagi, Al. Muka kamu nggak cocok kalo gitu, agak diperbuas dong."
"Aktornya sibuk." Jawab Aldrian sambil tertawa dan berdiri dari duduknya. Pemuda itu lalu mengacak pucuk kepala Amara yang sepertinya sudah ditata rapi. "Mau kemana sih? Cantik banget."
"Ketemu kamu." Jawab Amara sambil mengedip-ngedipkan matanya.
"Ini serius nanyanya."
"Mau ada acara gala dinner sama klien. Bareng sama Mas Leo." Goda Amara untuk kedua kalinya.
"Mohon maaf Aldrian yang sekarang bukan Aldrian yang dulu, yang cemburuan."
"Yah, nggak asik dong. Padahal seru kalo liat kamu marah."
Aldrian lantas mengangkat kepalanya dan tanpa sadar menatap tajam ke arah Amara.
"Eh, nggak, Al. Marahnya jangan beneran." Kekeh Amara sambil berusaha bersikap seserius mungkin. Ia tidak ingin pemudanya kesal hanya karena hal sepele.
"Nggak akan marah. Nanti aku ngobrol dulu sama Leo."
"Ih, mau ngapain?"
"Gatekeep calon istri."
Mendengar kata-kata barusan, wajah Amara memerah.
"Malu, ya?" Goda Aldrian sambil mencolek pipi Amara dengan telunjuknya. "Makanya kalau mau godain orang tuh amunisinya yang banyak, jangan satu-satu kayak tadi. Lupa kalau yang dihadepinnya Aldrian Galendra?"
"Malesin."
Amara tergelak dan bangkit dari duduknya ketika ia melihat ada notifikasi baru yang muncul di layar ponselnya.
"Aku jalan, ya."
Aldrian menarik tangan Amara sambil menatap bingung.
"Lah, mau kemana? Aku pikir mau nungguin aku pulang terus kita turun ke bawah bareng dan aku anterin kamu ketemu Leo."
"Aku cuma mau bikin kamu kesel aja. Kapan lagi gangguin orang yang lagi banyak kerjaan. Cemburu, ya, please. Aku ditunggu Leo di parkiran. Dia udah mau jalan."
Amara melepas tautan tangan Aldrian sambil tertawa dan melambaikan tangan. Aldrian salah, justru Amaralah yang memiliki amunisi lebih banyak darinya.
***
"Yang, itu ikan apa sih?" Ucap Amara sambil menunjuk ke kaca akuarium dengan telunjuknya.
"Ikan sapu-sapu." Jawab Aldrian asal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger [completed]
FanfictionEnam tahun lalu, there's no 'she fell first but he fell harder'. Mungkin dunia Amara dan Aldrian terlalu berbeda sehingga tidak ada alasan untuk mereka hingga bisa saling jatuh cinta. Aldrian Galendra? Sorry, tapi nama itu sekarang udah ga ada di k...