Coffee Shop, beberapa hari setelahnya.
"Gue liat-liat lu udah akrab lagi ya sama Amara?" Tanya Mahatma dengan senyuman penuh arti.
"Ya gimana nggak akrab, gue kan ada project sama dia." Balas Aldrian singkat.
"Jadi udah beneran baikan?"
"Emang Amara nggak ngomong sama lu? Katanya sobatan." Ledek Aldrian.
"Eh, tapi beneran lu sama Amara akhirnya udah nggak perang dingin lagi?" Sahut Ganta dengan tatapan tidak percaya.
Aldrian mengangguk sambil meneguk kopi panasnya.
"Kok bisa?" Tanya Ganta masih dengan mata membulat.
"Ya, gitulah."
"Gitulah gimana anjir. Nggak jelas." Sahut Ganta gemas.
"Panjang ceritanya."
"Panjang ceritanya atau lu yang nggak mau cerita karena malu, tau kalo akhirnya lu salah?" Goda Mahatma.
Sambil membuka jas diluar kemeja hitamnya, Aldrian menyahut. "Lu kalau mau berantem sama gue, sekarang aja gimana? Mumpung gue belum mandi nih."
"Ah nggak asik berantem sama lu. Baru dipukul sekali langsung pingsan nanti." Balas Maha tidak mau kalah.
Ganta, yang dari tadi hanya sibuk dengan sandwhich di mulutnya, ikut berkomentar.
"Ya gimana, yang satu latihannya kendo sama boxing. Yang satu pilates."
Ketiganya lantas tertawa kencang sambil mengingat kejadian enam bulan lalu saat mereka menjemput pemuda itu dari tempat pilates. Maha dan Ganta makin terbahak ketika membayangkan kostum Aldrian yang kadang super ketat.
"Gue tuh kadang nggak pernah abis pikir sama kelakuan lu, Dri." Ucap Ganta sambil menyalakan batang rokok di tangannya.
"Gue juga kadang nggak abis pikir sama kelakuan gue sendiri." Sahut Aldrian asal.
"Ah, tai. Ngomong gini bisa tapi prakteknya nol besar."
"Lu tau nggak sih, Dri. Satu hal terfatal dari diri lu selain ke-nggakpeka-an lu itu?" Tanya Maha.
"Apa?" Tantang Aldrian sambil melepas jasnya dan menghampirkannya di sandaran kursi.
"Orang yang paling parah itu adalah orang yang salah tapi dia nggak ngerasa salah sama sekali. Dia ngerasa dia selalu paling bener. Batunya tuh udah way beyond batu kali."
Aldrian meneguk kopinya sekali lagi, tertampar oleh kata-kata Mahatma.
Ganta membalas sambil menghembuskan asap rokoknya ke udara. "Kata gue, cewek paling bener dalam hidup lu itu emang cuma Amara."
"Iya, udah gitu disia-siain pula." Ucap Mahatma lagi sambil menahan kekehannya karena ia tahu betul apa yang akan diucapkan Aldrian setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger [completed]
FanfictionEnam tahun lalu, there's no 'she fell first but he fell harder'. Mungkin dunia Amara dan Aldrian terlalu berbeda sehingga tidak ada alasan untuk mereka hingga bisa saling jatuh cinta. Aldrian Galendra? Sorry, tapi nama itu sekarang udah ga ada di k...