Pemuda yang bernama Aldrian Galendra itu sedang gelisah. Ia duduk di bangku tinggi sambil menghadap area sushi bar. Ia menatap sahabatnya yang sedang sibuk mengatur pesanan dengan tatapan tidak percaya.
Masa sih Maha? Masa iya? Tapi emang kalau iya kenapa? Ada masalah apa?
Berkali-kali pertanyaan itu muncul di dalam benaknya, tapi lidahnya selalu tergulung setiap kali ia bersiap bicara. Ia sendiri pun heran padahal itu hanya pertanyaan ringan saja. Sebatas 'Lu pernah sama Amara?' Tapi kembali lagi, Aldrian masih merasa gamang akan jawaban Mahatma nanti.
"Kenapa lu?" Pertanyaan Mahatma membuyarkan lamunan Aldrian.
Pemuda yang biasa dipanggil Maha itu melepas penutup kepala dan celemek berwarna putih lalu merapikan rambut ikalnya yang tetap dibiarkan sebahu. Ia lantas menggulung lengan kemejanya sambil menyuguhkan dua piring kecil sashimi yang baru saja ia buat.
"Baru dateng nih. Cobain deh."
Aldrian menarik piring itu ke arahnya tanpa suara. Membuat Maha menaikkan alisnya sekali lagi. Tiba-tiba sebuah senyum simpul mengulas di wajahnya. Sepertinya ia paham apa yang membuat sahabatnya itu bersikap ganjil malam ini.
"Dri..."
Aldrian lalu mengangkat kepalanya sambil mengunyah sashimi yang baru masuk ke mulutnya. Ia memberikan tanda anggukan sambil memperhatikan sahabatnya lebih seksama. Menanti kalimat lanjutan yang akan keluar dari bibir Mahatma.
"...Mmm.. kalau nih ya..." Mahatma sengaja memperlambat intonasi bicaranya dengan seringai jahil.
"Apaan? Cepet deh." Ucap Aldrian masih dengan mulut penuh.
"Gimana kalau gue ternyata ada apa-apa sama Amara?"
Uhuuuk!!
Aldrian seketika terbatuk dan nyaris tersedak. Dengan cepat ia meneguk satu gelas ocha dingin yang ada dihadapannya, membuat tawa Mahatma tumpah.
"HAH?? GIMANA??" Aldrian membulatkan matanya tidak percaya.
Ia berusaha mencerna kalimat yang keluar dari bibir sahabatnya sambil menepuk-nepuk dadanya agar sashimi dan ocha yang sedang mengantri di tenggorokannya segera turun ke perut.
"Hahaha..." Mahatma masih tertawa lepas hingga beberapa karyawan yang ada disitu ikut meliriknya. Pemuda itu lantas menurunkan nada bicaranya.
"Dri, kalau misalnya gue ada apa-apa sama Amara, gimana?" Kalimat itu sengaja ia ulang dengan penekanan.
"Ya... itu.." Aldrian terbata-bata. Tidak menyangka kalau hal ini bisa membuatnya gugup.
"Ya nggak gimana-gimana. Emang harusnya gimana?" Jawab Aldrian sok santai.
"Yakin?" Tanya Mahatma sekali lagi sambil mengangkat alisnya.
"Yakinlah. Kok lu nggak cerita? Udah berapa lama? Masih bareng sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger [completed]
FanfictionEnam tahun lalu, there's no 'she fell first but he fell harder'. Mungkin dunia Amara dan Aldrian terlalu berbeda sehingga tidak ada alasan untuk mereka hingga bisa saling jatuh cinta. Aldrian Galendra? Sorry, tapi nama itu sekarang udah ga ada di k...