Resmi sudah dua insan ini menjadi sepasang kekasih. Sebetulnya mereka berdua bukan lagi remaja yang menjadikan status pacaran sebagai hal yang harus digadang-gadangkan. Tapi kali ini berbeda untuk Aldrian.
Sepertinya pemuda itu ingin sekali seluruh dunia tahu bahwa gadis yang sekarang sedang ia genggam tangannya ini adalah kekasihnya.
"Tik, ke Tama dulu yuk." Ajak Aldrian sambil menyeringai lebar.
"Mau ngapain? Udah jam sepuluh malem juga."
"Mau pamer." Jawab Aldrian polos.
"Pamer sama siapa?" Kekeh Amara sambil meledek pemuda itu dengan mengacak wajahnya.
"Sama Maha Ganta lah, sama siapa lagi. Sekalian mau bilang sama Maha kalau lu sekarang udah punya gue."
"Eh, ralat." Ucap pemuda itu lagi. "Kalau kamu udah jadi punya aku."
"Nggak cocok, Al."
Aldrian tidak peduli dengan respon Amara. Ia membalas kalimat gadis itu dengan gaya kekanak-kanakan sambil memainkan jemari Amara di tangannya.
Melihat gadisnya lebih banyak tidak bersuara, pemuda itu kemudian bertanya.
"Kok, diem terus dari tadi, Tik? Nyesel jadian sama aku?"
"Emang orang nggak boleh diem ya? Kamu aja yang terlalu banyak ngomong, Al."
"Iya aku diem. Diem nih, diem."
Ternyata itu tidak bertahan lama. Aldrian kembali menceritakan apa yang ia lakukan selama hiking kemarin. Amara hanya bisa terkekeh sambil mengusap jemari Aldrian yang sedang ia genggam.
"Sampe." Potong Aldrian ketika pemuda itu sudah memarkirkan mobilnya tepat di depan papan nama bertuliskan Tama Sushi yang masih menyala terang.
"Mau pamer, mau pamer." Ucapnya lagi sambil tertawa.
"Al, berisik." Kekeh Amara.
Sebelum pemuda itu membuka pintu, Amara menarik tangan Aldrian sehingga pemuda itu menolehkan kepalanya.
"Apa?" Tanya Aldrian.
Amara hanya tersenyum simpul sambil menggelengkan kepalanya. "Nanti aja."
"Ih, apa?" Tanya Aldrian tidak sabar.
"Dibilangin nanti."
Aldrian menarik nafasnya panjang. Tidak lucu kalau mereka sudah meributkan hal-hal kecil saat status mereka baru resmi satu jam lalu.
Keduanya lantas turun dan berjalan ke dalam ruangan yang lampunya sudah dimatikan setengah. Beberapa pegawai Mahatma sedang membereskan kursi dan meja sambil menyapa Aldrian yang sudah mereka kenal betul.
Dari jauh, Aldrian sudah bisa melihat dua sosok sahabatnya yang sedang memandangnya dengan raut kaget. Terlebih ketika melihat jari Amara dalam genggaman Aldrian.
Mahatma dan Ganta saling berpandangan dan melempar kode, lalu kembali menatap dua manusia yang sedang berjalan ke arah mereka.
Aldrian yang memang tingkat ketengilannya berada di atas rata-rata lantas tahu apa yang harus ia lakukan sebelum kalah cepat dari dua sahabatnya.
"Liatin apa sih? Nggak pernah liat orang gandengan?" Ucap Aldrian sambil menaikkan alisnya.
Mahatma dan Ganta masih belum bisa mencerna kalimat yang diucapkan sahabatnya hingga akhirnya Aldrian menjelaskan dengan lebih lugas.
Sambil memamerkan jemari Amara di genggamannya, Aldrian menatap gadis yang berdiri tepat di sebelahnya.
Berlagak Amara sama sekali tidak mengenal Mahatma dan Ganta, Aldrian menunjuk kedua sahabatnya dengan telapak tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger [completed]
FanfictionEnam tahun lalu, there's no 'she fell first but he fell harder'. Mungkin dunia Amara dan Aldrian terlalu berbeda sehingga tidak ada alasan untuk mereka hingga bisa saling jatuh cinta. Aldrian Galendra? Sorry, tapi nama itu sekarang udah ga ada di k...