Chapter 29. Back Again

127 10 0
                                    

Perlahan Aldrian kembali menjadi Aldrian Galendra yang telah lama Amara kenal.

Entah ini hal yang patut disyukuri atau malah sebaliknya. Karena kembalinya Aldrian ke setelan pabrik berarti ketenangan hidup gadis bernama Amara Divya akan semakin sering diuji.

Kali ini dahi Amara harus berkerut ketika ia menerima email dari pemudanya. Aldrian Galendra dengan segala keteraturannya itu mengirimkan Amara jadwal pacaran mereka untuk tiga puluh hari ke depan.

"Tik, udah keterima?"

"Udah sih, Al. Tapi ini maksudnya kita pacaran pake jadwal gitu?"

"Iya, dong." Ucapnya dengan nada bangga. "Aku udah tulis disitu kapan aku anter jemput kamu, kapan kita jalan, kapan kita cuma di apartemen kamu aja. Masukin kalender di hp kamu ya biar nggak lupa."

"Segininya banget bapak co-founder start-up pengen jadwal pacarannya juga efisien dan memenuhi deadline?" Ledek Amara.

"Aku sengaja bikin kayak gini biar aku bisa tahan diri aku, Tik. Kamu minta ruang kan? Makanya aku nggak pengen ngecewain kamu lagi."

Dalam diamnya, gadis itu kemudian tersenyum. Pemudanya ternyata sedang berusaha.

"Kamu tau kan ini sebenernya susah banget buat aku. Kalo bisa kamu aku ketekin dua puluh empat jam, aku anter jemput, aku sisirin, aku suapin, aku—"

"Stop, Al! Stop!" Kekeh Amara sambil mengamati dating scheduler bernuansa abu-biru tua yang ia terima dari Aldrian.

"Iya, sayang. Oke, makasih banyak untuk perhatiannya Bapak Aldrian Galendra. Saya terima dokumennya dengan baik. Berhubung hari ini," Amara lantas melihat jadwal mereka hari itu, "kita ada kuliah. Aku bersedia kamu anterin pulang karena kebetulan aku nggak bawa mobil."

"Oh, baik Ibu Amara. Tawarannya saya terima." Kekeh Aldrian.

Lantas pemuda itu sekali lagi membuat Amara merasa seperti remaja lima belas tahun yang sedang jatuh cinta.

"Sayang kamu, Tik. Aku kirimin kamu makan siang. Aku tau kamu sibuk."

"Loh, kan di—"

"Dibaca di tanda bintangnya. Ada term and condition kalau aku masih bisa kirimin kamu makan siang atau makan malem."

"Dimana?" Tanya Amara sambil menyusui time table yang masih terpampang jelas di layar monitornya.

"Ada di pojok kiri bawah. Term and condition jebakan. Pokoknya aku sayang kamu, ya. Bye."

Amara terkekeh untuk kedua kalinya. Aldriannya kini sudah kembali menjadi Aldrian yang selalu bisa membuat harinya kembali berwarna.

***

Perkuliahan mereka sudah selesai satu jam lalu dan saat ini Aldrian mengajak gadisnya itu untuk menikmati sate ayam favoritnya di daerah Pejompongan.

Sebelum turun dari mobil, pemuda itu memberikan petuah panjang lebar. Seolah Amara adalah anak lima tahun yang baru sekali ini diajak pergi keluar rumah oleh orangtuanya.

"Hp kamu jangan dibuka-buka ya, masukin tas aja. Udah ganti sepatu kan?" Aldrian menengok ke bawah dan mengangkat jempolnya ketika melihat kaki Amara sudah berbalut sepatu datar, "baju kamu dikancing sampe atas jangan kebuka-buka gitu, terus.."

"Iya sayang, terus apa?" Goda Amara yang sekarang mendekatkan wajahnya ke wajah Aldrian.

"Terus.....," Aldrian menangkupkan kedua tangannya ke pipi Amara dan menekan pipi tirus gadis itu, "gemes!!"

"Al!" Amara membulatkan matanya tapi akhirnya ikut tertawa dan mengacak kepala pemudanya.

Tidak mau kalah, gadis itu mencupit kedua pipi Aldrian ketika pemuda itu lengah. "Gemes! Satu sama."





Stranger [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang