Amara berjalan sambil menenteng tas olahraga di pundak kanannya. Tangan kirinya sibuk dengan tumbler berisi kopi yang baru ia isi pada salah satu gerai Starbucks di daerah Kemang. Gadis itu lantas memasuki studio Pilates di ruko mewah dua lantai.
Kehadiran Amara disambut ramah oleh resepsionis yang memang telah mengenal betul gadis itu semenjak setahun lalu.
"Kak Amara tambah cantik aja." Sapanya.
"Mbak Yuni bisa aja deh." Balas Amara ramah.
Ditengah bunyi high heelsnya yang menggema di area ruang ganti, Amara mengintip ke ruangan latihan. Rupanya sudah ada dua orang yang hadir, berdiri membelakangi pintu.
Amara dengan cepat mengganti baju kerjanya ke pakaian olahraga yang lebih nyaman. Dengan setelan berwarna biru muda yang cukup pas badan, figur Amara memang terlihat sempurna. Gadis itu lalu berjalan keluar menuju ruangan latihan sambil menenteng minuman dan handuk kecil.
Ketika ia sampai ke pintu masuk, matanya tidak mempercayai apa yang ia lihat. Setahun lebih ia berlatih Pilates di tempat itu, baru kali ini ia melihat sosok pemuda yang ia hafal betul. Aldrian.
Dengan menahan tawanya, Amara masuk ke dalam ruangan dengan senyum penuh arti. Amara lalu menepuk pundak pemuda yang sedang melakukan stretching. Sepertinya pemuda itu pun sudah handal berlatih, terlihat dari gerakan-gerakan pemanasannya.
Sadar akan tepukan Amara, pemuda itu menoleh dan terkesiap. Wajahnya lalu merah padam.
"Lu ngapain disini, Mar?"
Sebuah pertanyaan yang seharusnya Amara sampaikan pada Aldrian, bukan sebaliknya.
"Mancing. Ya mau pilates lah." Balas Amara sambil terkekeh.
Gadis itu lantas memperhatikan penampilan Aldrian dari atas ke bawah sambil masih menahan tawanya. Pemuda dengan tubuh berotot itu menggunakan kaos hitam tanpa lengan, legging hitam dengan luaran celana pendek hitam juga.
Seluruh otot pemuda itu terbentuk sempurna, membuat kekaguman Amara yang dulu sempat hilang kini kembali sedikit demi sedikit. Sedikit aja loh ya.
"Jadi selain ngegym, kerjaan mantan Ketua BEM yang terhormat itu pilates ya. Nggak malu dulu mimpin demo ke DPR mas?" Bisik Amara ke telinga Aldrian sambil terkekeh.
Sudah kadung malu, Aldrian berusaha tegar dan bersikap sok santai.
"Mimpin demo itu harus lincah makanya latiannya pilates. Biar sigap manjat pagernya." Kelit Aldrian.
"Ngarang. Emang maling." Gelak Amara sudah tidak dapat ia tahan lagi. Membuat Aldrian hanya bisa memandang Amara tanpa kata-kata, hingga ia menyadari, betapa sempurnanya figur Amara berbalut pakaian olahraga ketatnya. Sempurna yang sebenarnya memiliki artian 'seksi'. Diperhalus saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger [completed]
Fiksi PenggemarEnam tahun lalu, there's no 'she fell first but he fell harder'. Mungkin dunia Amara dan Aldrian terlalu berbeda sehingga tidak ada alasan untuk mereka hingga bisa saling jatuh cinta. Aldrian Galendra? Sorry, tapi nama itu sekarang udah ga ada di k...