"Mar, lu kenapa sih kok nggak mau cerita?" Salah satu rekan Amara masih berusaha mengorek informasi tentang Aldrian, pantang menyerah.
Amara tetap fokus pada layar laptopnya. Berpura-pura tidak mendengar pertanyaan Sasa.
"Mar..." Sasa menggoyangkan lengan Amara hingga salah satu earbuds milik Amara terlepas dari telinganya.
"Yaelah gue pikir lu pura-pura nggak denger. Sorry, Mar." Balas Sasa sambil terkekeh.
Padahal Sasa tidak tahu earbuds itu mati. Seperti biasa, Amara lupa mengisi dayanya.
"Kenapa, Sa?" Sahut Amara sambil membalikkan tubuhnya.
"Oh, nggak. Gue kepo tentang Aldrian aja." Jawab Sasa dengan seringai besar di wajahnya.
Aldrian lagi. Nggak ada pembahasan lain apa?
Jujur saja, Aldrian Galendra memang masih menjadi topik hangat di kalangan rekan kerja wanita Amara. Kalau melihat secara objektif, apa sih yang kurang dari Aldrian? Tentu tidak ada. Tapi bila melihat sisi subjektivitas Amara, sudah tentu Aldrian nol besar di mata gadis itu.
"Sa, lu mending korek si Argi deh. Dia setau gue anak BEM JIC." Sahut Amara sambil menunjuk rekan kerjanya yang sedang menyeduh kopi di pantry.
Pas banget lagi gabut, maaf ya Argi.
Argi yang satu tahun di bawah Amara itu juga berkuliah di JIC di jurusan yang sama dengan Aldrian. Amara tahu betul itu. Satu hal yang sudah dipastikan oleh Amara, Argi sama sekali tidak tahu menahu tentang masa lalu Aldrian dan Amara. Jadi silakan korek Argi sampai ke ampas-ampasnya.
Tidak lama, pantry yang tadinya hanya berisi Argi, sudah dipenuhi oleh tiga rekan kerja Amara. Amara menghembuskan nafasnya lega dan melanjutkan kerjanya.
***
Kelas Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran Jasa itu sudah dipenuhi oleh mahasiswa sebelum waktunya. Maklum, Handoko terkenal tegas dan tepat waktu. Tidak ingin mengulang karena masalah sepele, semua mahasiswa biasanya datang 10-15 menit lebih awal. Begitu juga dengan Amara.
Gadis itu sengaja pulang kantor jauh lebih cepat. Ia masih membalas beberapa email dengan laptopnya. Tidak lama Handoko masuk. Amara pun menutup emailnya dan fokus pada mata kuliahnya. Ia bahkan tidak menyadari dimana keberadaan Aldrian di kelas itu.
"Rekan-rekan saya sekalian.." Begitulah Handoko memanggil mahasiswa pascasarjana di kelasnya.
"Seperti kita ketahui dan mungkin kalian sudah banyak mendengar dari angkatan sebelumnya. Kelas saya materinya tidak banyak, namun ada tugas yang akan dikumpulkan di akhir semester."
"Jadi begini.." Handoko menggeser slide presentasinya dan menampilkan sebuah penjelasan singkat tentang tugas prakteknya.
"Kalian ingat kan minggu lalu saya berikan tugas untuk mengisi MBTI melalui link yang saya berikan? Nah semua hasil MBTI kalian sudah saya rangkum. Untuk tugas praktek nanti, kalian akan saya pasangkan per dua orang berdasarkan hasil MBTI ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger [completed]
FanfictionEnam tahun lalu, there's no 'she fell first but he fell harder'. Mungkin dunia Amara dan Aldrian terlalu berbeda sehingga tidak ada alasan untuk mereka hingga bisa saling jatuh cinta. Aldrian Galendra? Sorry, tapi nama itu sekarang udah ga ada di k...