Baru mau dua minggu tapi sudah terlalu banyak kata-kata hiperbola yang sering diungkapkan Aldrian pada kekasihnya. Membuat Amara bertanya-tanya apakah memang Aldrian seperti ini sedari dulu atau ini terjadi karena Aldrian terlalu antusias dengan hubungan barunya.
Kali ini Aldrian bertingkah lain lagi.
Tahu akan berpisah tiga hari karena Amara harus ke Bandung untuk menghadiri event yang ia ketuai, pemuda itu merajuk ingin mengantarkan Amara.
"Aku anter ya. Oke? Oke? Oke?" Pinta Aldrian sambil memajukan bibirnya.
Amara tertawa sambil mengajak Aldrian turun dari kendaraannya.
"Iya oke."
Aldrian bertepuk tangan sambil mengusap kepala Amara sebelum gadis itu mematahkan rencananya.
"Anter ke atas kan? Ke apartemen." Sahutnya jahil.
"Tuh, kan. Iseng emang."
"Nggak mau nanya isengnya aku itu ketularan dari siapa?"
Alih-alih menunjuk dirinya, Aldrian menunjuk Amara sambil tertawa.
Pemuda itu lalu turun dari mobilnya dan berjalan beriringan dengan gadisnya yang sekarang sibuk menenteng berbagai macam barang dengan kedua tangannya.
Aldrian mengambil dua kantong coklat besar dan tas laptop dari tangan gadis itu.
"Ngomong dong, Tik. Apa gunanya punya pacar berotot keren gini kalo nggak bisa bantuin angkat barang."
"Aku tau tujuan utama kamu soalnya. Minta digandeng kan." Ucap Amara sambil mengalungkan tangannya ke lengan Aldrian setelah ia bebas tidak menenteng satu barangpun di tangannya.
Aldrian tersenyum hingga matanya menyipit.
Mereka berbincang hingga keduanya sudah sampai di depan pintu apartemen, membuat Aldrian merajuk untuk kedua kalinya.
"Aku masuk ya, mau selonjoran bentar." Pintanya.
Amara tertawa sambil berusaha menyingkirkan Aldrian yang sekarang sedang menghalangi geraknya.
"Aldrian Galendra, sayang, ganteng. Aku capek."
"Kamu tidur aja kalo emang capek. Aku selonjoran bentar di sofa."
"Nggak ya." Amara tertawa sambil menekan sandi apartemennya. "Nggak mungkin kamu selonjoran doang. Pasti rewel minta ditemenin."
Ceklek.
Amara membuka pintunya dengan Aldrian yang ikut menariknya masuk.
Setelah keduanya berada di balik pintu, Aldrian dengan cepat memeluk gadisnya seerat mungkin.
"Kangen nih!" Ucapnya sambil mengacak rambut Amara.
Pemuda itu melepaskan dekapannya sambil memegang daun pintu.
"Aku mau peluk aja sebenernya." Ucapnya lagi sambil tersenyum.
Amara tidak mau kalah. Ia menarik Aldrian lagi ke dalam pelukannya sambil berbisik.
"Kalau mau peluk ya tinggal ngomong. Apa gunanya punya pacar cantik dan peka kalau nggak bisa diajak komunikasi?" Kekehnya.
"Lepasin! Gue itung sampe tiga. Satu...tiga." Canda Aldrian.
Belum sempat Amara melepaskan dekapannya, secepat kilat Aldrian mencuri kecupan kecil di bibir Amara.
Pemuda itu kemudian tertawa sambil membuka pintu. Membiarkan gadis yang sedang terkejut di hadapannya hanya berdiri sambil tersipu.
"This is how you stealing a kiss, Mar. See you on Saturday."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger [completed]
أدب الهواةEnam tahun lalu, there's no 'she fell first but he fell harder'. Mungkin dunia Amara dan Aldrian terlalu berbeda sehingga tidak ada alasan untuk mereka hingga bisa saling jatuh cinta. Aldrian Galendra? Sorry, tapi nama itu sekarang udah ga ada di k...