"Al, mau ice cream date." Pinta Amara sambil menyerahkan selembar kupon ke arah Aldrian yang sedang berjalan di sebelahnya.
"Hari ini banget?"
"Sibuk, ya?" Rajuk Amara sambil mengalungkan tangannya di lengan Aldrian.
Aldrian berhenti tepat di depan lift sambil tersenyum ke arah gadisnya.
"Aku kan emang lagi sibuk, tapi aku udah janji buat penuhin apa yang kamu mau. Your request is my command." Balasnya.
"Jadi bisa?"
"Nanti sore ya, tapi aku nggak bawa mobil. Pake mobil kamu aja."
Amara mengangguk antusias.
"Mau makan es krim dimana sih?" Tanya Aldrian sambil menekan tombol lift untuk naik.
"Di PIK."
"Nggak mau sekalian ke Anyer, Tik. Tempatnya kurang jauh." Ledek Aldrian.
"Mau?" Canda Amara yang sekarang sudah kebal dengan segala tingkah pemudanya.
Aldrian hanya menggelengkan kepalanya heran sambil mengacak pucuk kepala Amara.
"Di sekitar situ ada toko bayi nggak sih?"
"Mau ngapain? Nyicil peralatan bayi dari sekarang? Yang dicicil itu buatnya, Al." Bisik Amara yang tentu memancing gemas yang harus Aldrian tahan dalam-dalam.
Tidak mungkin ia memeluk Amara di depan lift kantornya, di depan puluhan pasang mata yang ada di sekitar mereka.
"Kayak berani aja." Aldrian tertawa dan melanjutkan kalimatnya. "Mau ngadoin Panji, istrinya baru lahiran."
"Ada di sekitar situ, nanti aku temenin."
Amara lalu melepas rangkulan tangannya ketika pintu lift terbuka.
"Yuk."
***
Kedua sejoli itu menginjakkan kakinya ke satu-satunya toko peralatan bayi yang ada disitu. Aldrian berjalan canggung sambil bertanya ke arah Amara.
"Aku ngasih apa ya, Tik?"
"Panji belum punya apa?"
"Udah punya semua deh kayaknya." Jawaban Aldrian yang benar-benar tidak membantu sama sekali.
"Anaknya Panji cowok apa cewek?"
"Cowok."
"Anak pertama kan?"
Aldrian mengangguk sambil melihat-lihat hingga sapaan pelayan toko membuat Aldrian dua kali lebih canggung.
"Cari buat babynya ya, Mas? Usia berapa?"
"Oh, nggak. Buat kado."
Bersamaan dengan jawaban Aldrian, muncul Amara dengan mata berbinar sambil memamerkan satu set pakaian bayi perempuan.
"Al, ini lucu bangeeet!" Ucap Amara gemas.
"Beli ajalah."
Amara lantas memutar-mutar pakaian bayi bernuansa merah muda dengan renda, lengkap dengan bando dan kaos kaki mini dengan warna senada.
"Beneran nih? Aku beli deh."
Aldrian yang sedang berdiri itu lantas memiringkan kepalanya keheranan.
"Serius, Tik?"
Amara mengangguk antusias.
"Abis lucu banget. Aku nggak tahan liatnya. Paling kalo nggak aku simpen, nanti aku kasih sama anak kantor kalo ada yang lahiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger [completed]
FanfictionEnam tahun lalu, there's no 'she fell first but he fell harder'. Mungkin dunia Amara dan Aldrian terlalu berbeda sehingga tidak ada alasan untuk mereka hingga bisa saling jatuh cinta. Aldrian Galendra? Sorry, tapi nama itu sekarang udah ga ada di k...