Chapter 14. Amarakarma

178 26 16
                                    

Aldrian duduk terdiam di tengah pembahasan seru pertandingan sepak bola semalam. Pemuda itu memotong perbincangan Ganta dan Mahatma dengan meletakkan sebuah kotak beludru kecil ke tengah meja. Membuat kedua sahabatnya itu lantas terdiam dan membelalakkan mata kaget.

"Lu mau ngelamar gue?" Tanya Ganta masih sambil mengerjap-ngerjapkan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lu mau ngelamar gue?" Tanya Ganta masih sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.

Mahatma mengetuk kepala Ganta dengan gelas kayu di tangannya.

"Otak lu dipake."

Lantas pemuda itu mengambil kotak beludru tadi dan memperhatikan isinya dengan seksama.

"Sherryl?" Tanya Maha sambil memandang penuh tanda tanya ke arah Aldrian.

Aldrian hanya mengangguk.

"LU MAU LAMAR DIA?" Tanya Ganta yang akhirnya berhasil menangkap maksud Aldrian sedari tadi.

Aldrian hanya mengangguk lagi tanpa suara.

"Lu mau ngelamar orang apa mau nagih utang sih? Cemas amat." Tanya Maha sambil masih memutar-mutar kotak cincin itu ditangannya.

"Ngelamar Sherryl lah." Balas Aldrian singkat.

"Sekarang ceritain ke kita alasan lu apa sampe mau ngelamar Sherryl." Sahut Maha sambil menatap Aldrian lekat dari sebrang meja. Ganta pun melakukan hal yang sama, penasaran.

"Gue..," Kalimat lirih dari bibir Aldrian itu keluar sepotong-sepotong, mengisyaratkan sebuah ketidakyakinan.

"..Gue... udah mau serius sama Sherryl."

"And then?" Tegas Maha.

"Ya gue mau bareng sama dia. Gue takut kehilangan dia."

"Takut kehilangan?" Tanya Maha sekali lagi untuk memastikan.

"Lu lupa apa yang paling penting dalam pernikahan?" Mahatma menatap Aldrian dengan sorot tegas.

"Komitmen dan keyakinan lu sama dia. Lu nggak bisa putus kalau lu tiba-tiba ngerasa nggak cocok sama dia, Dri. Lu nggak bisa balik arah. Menikah itu komitmen seumur hidup."

"Gue sayang sama Sherryl. Gue bakal bertahan sama dia, apapun kondisinya." Pungkas Aldrian dengan sorot yang tidak kalah tajam, tidak ingin dihakimi.

Ganta yang sedari tadi hanya memainkan sendok ditangannya lalu memotong obrolan kedua sahabatnya dan memberikan pukulan telak.

"Dia sayang nggak sama lu? Dia mau bertahan sama lu?"

Terdiam. Seorang Aldrian Galendra hanya bisa terdiam tanpa suara sambil memandang kotak beludru kecoklatan yang sekarang sudah ada di dalam raupan jemarinya.

Kekalutannya nyata.

Pemuda itu lantas menghembuskan nafasnya panjang sambil memandang netra sahabat-sahabatnya, berusaha meyakinkan mereka, dan tentu saja dirinya sendiri.

Stranger [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang