Aldrian memang betul-betul menunjukkan sisi lain yang tidak pernah Amara tahu sebelumnya.
Sambil menikmati makan malam mereka yang sudah lewat satu jam, Aldrian meneguk minuman bersoda dan bertanya serius pada gadis di hadapannya.
"Tik, kamu sayang nggak sih sama aku?"
Amara hanya mengangkat kepalanya lalu menatap Aldrian dengan tatapan heran.
"Kamu udah nanya kayak gini ke aku nggak cuma sekali dua kali. Ngapain sih nanya kayak gitu terus?"
"Kan tinggal jawab aja. Nggak sayang nih berarti." Balas Aldrian sambil merenggutkan bibirnya.
"Al, kamu kenapa deh? Lagi butuh afirmasi positif atau apa nih? Ganjil banget kelakuannya."
Aldrian menghembuskan nafasnya panjang. Mau dijelaskan bagaimanapun, sepertinya Amara tidak akan paham apa yang ia rasakan.
"Jangan ngambek ya ganteng. Aku lagi nggak ada tenaga buat nanggepin tingkah abg kamu." Balas Amara sambil menghabiskan makanannya.
Lagi-lagi, Aldrian hanya terdiam tanpa jawaban, membuat Amara sekali lagi membujuk pemudanya.
"Janji dulu nggak ada maksa, nggak ada rewel, nggak ada minta perhatian abis ini."
"Iya deh, janji. Tapi besok aku jemput ya."
"Kan aku meeting diluar kantor seharian, Al."
"Ya nggak masalah kan kalo aku anter ke hotelnya. Kenapa? Nggak mau? Wah, nggak sayang beneran nih."
Amara mendelikkan matanya sambil terpaksa mengangguk.
"Yaudah oke, anter aja. Inget apa? ANTER AJA." Balas Amara sambil memberikan penekanan pada kalimatnya.
Aldrian mengangguk antusias.
Pemuda itu lantas menggenggam tangan Amara erat sambil tersenyum jahil.
"Gemes."
Amara hanya bisa menggelengkan kepalanya. Tidak menyangka seorang Aldrian Galendra yang ia kenal ternyata bisa bersikap tiga ratus delapan puluh derajat kalau sedang jatuh cinta.
***
Sesuai janji, Aldrian kali ini hanya mengantar Amara, tapi sampai ke depan pintu ruang meeting tempat rapat Amara akan dilangsungkan.
Bagi gadis lain, mungkin tingkah Aldrian ini menggemaskan. Tapi tidak bagi Amara.
Dengan segala omelan yang keluar dari bibirnya, Aldrian nampaknya tidak peduli dan selalu memastikan kalau gadisnya benar-benar sampai ke tempat yang ia tuju.
Amara kembali jengah. Tidak menyangka kalau Aldrian yang ia kenal akan berbeda jenis dengan Aldrian yang ia kencani.
"Al, aku udah gede. Jalan sendiri dari parkiran ke tempat meeting juga nggak masalah. Kamu ngapain nganterin sampe ke pintu segala." Gerutu Amara.
"Aku kan pengen tau kamu meeting dimana, sama siapa aja, mau bahas apa."
"Tapi aku nggak pengen ngasih tau."
Aldrian yang semula sedang menyeringai jahil itu lantas mendatarkan wajahnya.
"Yaudah kalau emang nggak suka, aku nggak akan anter lagi."
Mulai deh, mulai, batin Amara dengan kesal di dadanya.
Amara hanya diam, tidak ingin memancing keributan.
"Aku balik dulu ya." Ucap Aldrian sambil mengusap kepala Amara dan membalikkan badannya. Meninggalkan Amara dan masalah yang belum mencapai kata mufakat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stranger [completed]
FanficEnam tahun lalu, there's no 'she fell first but he fell harder'. Mungkin dunia Amara dan Aldrian terlalu berbeda sehingga tidak ada alasan untuk mereka hingga bisa saling jatuh cinta. Aldrian Galendra? Sorry, tapi nama itu sekarang udah ga ada di k...