KABUT-5 | Senja yang menenangkan

18 1 0
                                    

"Dan senja selalu membuatku terpana, ia mampu mengukir senyum bahagia, dan kembali mengingatkanku betapa indah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa"

~~KABUT

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tegar Pov

Betapa bersyukurnya aku, Tuhan beri aku kesempatan untuk memiliki seorang wanita yang luar biasa baiknya, cantik rupanya, sopan tutur katanya, lembut hatinya juga sempurna dalam agamanya.

Tuhan begitu baik, aku yang hina ini bisa menjadi imam untuk seorang Kayshila Kumara Lavanya. Gadis itu terus terbayang dipikiranku sejak pertama aku jumpa dengannya. 

Mata cokelat yang menyejukkan, juga senyum yang menenangkan. 

Sungguh, hingga detik setelah ijab qabul itu dilangsungkan aku masih menyangka itu adalah mimpi. Detik itu juga aku membatin "Jika ini adalah mimpi, tolong siapapun jangan bangunkan aku."

Tidak, ternyata tidak, aku tidak mimpi. Gadis itu sekarang menjadi istriku, pendampingku, juga calon ibu dari anak-anakku kelak.

Beberapa bulan sebelumnya, aku bertemu dia saat aku jalan kaki sepulang mengajar. Aku tidak tau dia siapa, tapi yang pasti aku beberapa kali melihatnya di daerah tempatku tinggal. Dia menawariku untuk pulang bareng. Aku menolak namun dia bilang "Rumah mu lumayan jauh loh mas dari sini kalo jalan kaki, yakin gk akan pegel?". Akh bener juga yang dia bilang. Akhirnya aku meng-iyakan ajakannya, dengan syarat aku yang membawa motornya dan dia yang aku bonceng. Agak gak tau diri ya aku ehhehehhh udah numpang eh malah nawar pula.

Singkatnya, sebagai ucapan terimakasih aku menawarinya mampir kerumah dan makan bersama namun dia menolak, dia bilang takut keburu sore. Akhirnya aku meminta nomor WA nya untuk sekedar memberi balasan atas kebaikannya, entah balasan apa nantinya yang penting dapat nomor WAnya dulu.

Baik, cantik, dan ramah. 3 hal yang bisa aku deskripsikan saat pertama aku mengenalnya. 

Sejak saat itu, aku terus membayangkan wajahnya. Rasanya baru kali ini aku merasakan hal yang berbeda saat jumpa dengan seorang wanita.

Hubungan kami semakin dekat walaupun hanya bertukar pesan melalui WA saja. Masih sebatas teman, namun tidak ada 1 hari pun kami lewatkan untuk bertukar pesan. Entah itu bertukar kabar, bertukar certita, atau bahkan obrolan-obrolan random yang entah kemana ujungnya.

Beberapa kali aku mengajaknya untuk keluar, sekedar makan di dekat alun-alun kota, atau hanya berkeliling desa. Menikmati suasana kampung yang masih asri. Tapi dia selalu menolak, dia bilang "Bukannya aku enggak mau mas, tapi aku takut papa enggak izinin aku, terus juga enggak enak sama tetangga, takut berpikir yang enggak-enggak".

Aku memahami itu, kita belum ada status apapun. Mengenai perasaan saja aku belum mengerti. Aku hanya merasakan nyaman jika aku mengingat namanya. 

Hingga pada akhirnya satu hari di waktu menuju senja ada pesan masuk dari seorang yang membuat hatiku selalu merasa nyaman. Terlihat di notifikasi handphone ku "Key : Jadi kita ini apa mas?". Satu kalimat darinya yang membuatku tersadar bahwa kita dekat bukan hanya sebatas teman. Pertanyaan itu membuatku terdiam melamun memandangi ponsel. Harus balas apa?

"Suka sekali berdiri jam segini depan rumah gar? Mandang apa sih gar?" Suara ayah membuyarkan lamunanku kala itu.

"Eh ayah, emmm suka aja yah nunggu senja. Senja itu selalu menenangkan yah. Warnanya indah, menangkan juga menyenangkan. Tegar suka" Ucapku sambil tersenyum mengingat bagaimana keindahan senja yang Tuhan ukir. "Ayah, liat sebelah sana yah" Ucapku sembari menunjuk arah tepat saat senja itu tiba. "Indah kan yah?"

Tak ada balasan. Ayah hanya tersenyum.

"Kamu baik-baik saja gar? Ayah lihat tadi kamu melamun seperti ada yang dipikirkan?" Tanya ayah yang berarti sedari tadi melihat gerikku.

"Maksud ayah"? 

"Kita sholat maghrib dulu yaaa berjama'ah. Setelah makan malam kita ngobrol yaaa sama ibu juga."

Anggukku mengiyakan.

Selepas sholat maghrib dan makan malam

"Sudah berapa lama dekat dengan gadis itu gar?" Pertanyaan ayah saat itu sebagai pembuka obrolan, membuatku terkejut. Ayah tahu?

"Maksud ayah?"

"Kamu lupa siapa ayah gar?" Ucap ayah sembari tersenyum menatapku lalu beralih menatap ibu. 

"Siapa dia gar?" Lanjut ayah seakan dia tau semua apa yang sedang anaknya rasakan.

"Namanya kayshilla yah. Dia guru smp swasta dekat sekolah ibu yah. Tegar ketemu dia saat kunci motor Tegar hilang disekolah dan akhirnya pulang jalan kaki."

"Terus?".

"Ternyata rumahnya dekat sini yah, satu kampung dengan kita. Dia anak pak yasser, orang yang dulu pindah dari jakarta."

Ayah dan ibu masih mendengarkanku dengan sesekali senyum merekah menatapku. Entah apa maksud senyuman mereka.

"Terus?"

"Dia adiknya....."

"Bukan itu maksud ayah mu gar." Potong ibu saat aku akan menceritakan Kayshilla lebih lanjut.

Mereka terkekeh melihat wajahku yang bingung.

"Bagaimana perasaan mu dengan dia nak?" Tanya ayah melanjutkan ucapan ibu.

Diam. Aku tidak mampu menjawab pertanyaan ayah. Aku yang masih bingung dengan perasaanku. Dibarengi dengan pertanyaan Kay tadi sore yang tiba-tiba saja melintas.

"Sepertinya kita akan segera punya mantu bu." ujar ayah sembari tertawa bersama ibu.

Tak menjawab apapun, hanya sedikit tersenyum menanggapi ucapan ayah.

"Jangan mainkan anak orang Tegar. Kalau kamu sudah yakin dengan dia, secepatnya datangi orang tuanya, lalu mintalah izin untuk mengenalkannya kepada ayah dan ibu. Ayah tidak mau kamu terlalu lama menggantung dia. Ayah juga tidak mau anak ayah yang diberi nama Tegar ini menjadi pengecut karena tidak berani menyatakan perasaannya kepada seorang wanita. Ayah beri waktu kamu 1 minggu untuk ini. Lewat dari hari itu, maka ayah dan ibu akan menjodohkan kamu dengan anak sahabat ayah." Nada ayah tegas seperti mengancam. Aku tahu itu hanya ancaman, karena selama ini ayah tidak pernah 1 kalipun membahas perjodohan.

"Kalau kami sudah kenal, kami akan segera lamarkan dia untukkmu nak. Ibu sama ayah akan selalu dukung kamu. Secepatnya temui orang tua nya yaaa. Jangan ditunda. Gak akan baik kalo ditunda terus. Ibu percaya sama Tegar kalau dia gadis yang baik. Jadi jangan takut untuk melangkah yaaa." Lanjut ibu dengan elusan dipundakku dan senyumnya.

"Iya bu, yah" Balasku singkat dan setelahnya ayah dan ibu pergi meninggalkanku di ruang tengah sendirian.

"Aku tau ini bukan hanya perasaan nyaman Key. Besok sore aku akan datang kerumahmu dan meminta izin kepada ayahmu. Setelahnya akan ku katakan perasaanku  tepat diwaktu senja."

Batinku bergumam sembari tersenyum mengingat Kayshila Kumara Lavanya.

Senja yang akan menjadi saksi bahwa kisah kita akan segera dimulai, Key.

*********************************************************************

Garing yaa heheheheh?



Kabar Baik Untuk Tegar | KABUT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang