Ketakutan itu hanya sementara, sedangkan penyesalan yang datang terlambat akan dirasakan selamanya.
~KABUT
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"Key, Bangun sayang udah subuh." Mas Tegar mengelus pundakku membangunkan. 7Sepertinya setelah terbangun pukul 3 tadi, aku kembali nyenyak tertidur.
"Hmmmm, Jam berapa mas?" Tanyaku pada mas Tegar menanyakan jam brapa sekarang.
"Udah hampir adzan subuh tuh." Jawabnya tersenyum dengan memandangi wajahku.
"Kok tumben mas udah rapih, mau ke masjid?" Tanyaku berpura-pura tidak tahu kalau mas Tegar sudah bangun dari jam 3 tadi.
"Tadi mas sholat tahajud abis itu gak tidur lagi. Tadi mas mau bangunin kamu tapi gak tega, keliatannya nyenyak banget tidurnya."
Aku hanya ber oh ria, tidak menjawab apapun. Juga masih mengumpulkan nyawa heheheheh.
"Eh kok kayaknya mata kamu sembab sayang." Ucapnya melanjutnya dengan masih memperhatikan mataku. Aku mengalihkan pandangan. Rupanya tangisan tadi justru membuat mataku sembab. Tidak mungkin kan aku menjawab kelilipan, padahal mas Tegar tahu kalau aku tidur nyenyak semalaman.
"Mmmm kan baru bangun tidur mas. Yaudah gii sana ke masjid ayah pasti udah nungguin." Jawabku beralasan.
"Yaudah mas pergi dulu yaaa. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Aku bergegas mandi dan sholat subuh. Ibu sudah sholat subuh terlebih dahulu sebelum aku selesai mandi. Setelahnya, Seperti biasa aku dan ibu akan menyiapkan makanan untuk sarapan.
"Hari ini kalian ada acara?" Tanya ayah disela kami sedang sarapan.
"Ibu sama Key mau nengoki mila yah." Jawab ibu singkat.
"Loh sakit apa bu kok ayah gak tau?"
"Iya ibu dikasih tau bu Siti tapi lupa terus dikasih tau lagi sama Key." Lanjut ibu menjelaskan.
"Iya yah, aku juga di kasih tau bu Siti. Ada masalah di rahimnya." Aku menambahkan
Ayah hanya mengannguk.
"Kamu kemana gar hari ini?" Tanya ayah pada mas Tegar yang sedang serius menyantap sarapannya itu.
"Gak kemana-mana kayaknya yah. Dirumah aja. Kenapa?"
"Yaudah temenin ayah ketemu kolega ayah ya nanti siang. Bisa?"
"Bisa kok yah, yang penting cocok sama gajinya hahahahahhaha."
Candaan mas Tegar membuat aku dah ibu tertawa. Sedangkan ayah hanya geleng-geleng kepala saja.
Sekitar pukul 9, aku dan ibu menuju rumah mbak mila untuk menengok keadaanya.
"Assalamualaikum." Ibu mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam, eh bu Endra sama mantu. Ayo ayo silahkan masuk." Kami disambut dan dipersilahkan duduk oleh ibu dari mbak mila. Kami duduk diruang tamu ditemani oleh orang tua mbak mila dan suaminya. Sedangkan mbak Mila berada dikamarnya. Katanya dia masih lemas dan belum bisa banyak beraktivitas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabar Baik Untuk Tegar | KABUT [END]
Roman pour AdolescentsPranadipa Tegar Mahawira sosok laki-laki yang sempurna untuk Kayshila Kumara Lavanya, pun sebaliknya. Keduanya adalah sepasang yang tak mungkin bisa terpisah, keduanya adalah sepasang yang saling melengkapi. Kayshila sangat beruntung punya Tegar...