Sesaat setelah hujan reda, cahaya matahari yang muncul menghadirkan pelangi indah di langit. Itu adalah tanda harapan dan keindahan setelah masa sulit.
~NO NAME
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Aku terbangun karena merasakan mual yang teramat sangat. Kepalaku seperti berputar, pusing sekali. Aku mencoba duduk santai di tepi tempat tidur, mencoba meredakan rasa pusing yang semakin menghantam. Mungkin aku kelelahan, saat mengajar dikelas tadi, aku hampir saja terjatuh pingsan karena kepalaku yang sangat pening dan badanku yang sangat lemas. Untungnya aku masih bisa menahan tubuhku ini agar tidak terjatuh. Karena khawatir dengan tubuhku sendiri dan takut nanti akan merepotkan, aku memutuskan untuk izin pulang lebih awal. Sengaja aku tidak mengabari mas Tegar, selain karena aku masih kesal padanya, aku juga takut akan membuatnya cemas.
Benar saja, mas Tegar sampai dirumah dengan wajah yang sangat panik. Dia terlihat marah karena aku tidak mengabarinya. Bukannya merasa bersalah, aku malah menangis dan memukuli tubuhnya dengan buku yang sedang aku baca. Kesal sekali rasanya melihat wajah mas Tegar hari ini. Dan baru aku sadari sekarang, aneh sekali aku hari ini hhahaahhaha.
Saat itu, aku juga sempat memuntahkan semua isi perutku. Ibu yang juga melihat, terlihat sangat khawatir sama seperti mas Tegar. Ibu membuatku makanan, namun sampai sekarang makanan itu masih utuh dimeja samping tempat tidurku, sama sekali belum ku sentuh. Sedari pagi, aku tidak nafsu untuk makan.
"Udah bangun sayang? Makan dulu ya?" Suara mas Tegar saat baru saja masuk kamar. Aku hanya menggeleng dengan masih memijat kepalaku yang semakin terasa pusing ini.
"Kamu belum makan apa-apa loh, nanti malah tambah sakit." Ucap mas Tegar.
"Aku masih mual mas, nanti kalo aku makan yang ada keluar semua." Jawabku lemas.
"Yaudah kamu mau makan apa? Biar mas beliin ya." Tanya mas Tegar menawarkan.
Belum sempat ku jawab pertanyaan mas Tegar, ponselku berbunyi dan ternyata itu mama.
"Halo ma, Assalamualaikum."
"Waalaikum salam Key, kata Tegar kamu sakit? Sakit apa? Udah baikan belum? Mama kesana ya?" suara mama terdengar cemas dari seberang telepon.
"Cuma gak enak badan kok ma, istirahat sebentar juga sembuh." Jawabku singkat berharap agar mama tidak cemas.
"Ah kamu ini, suka banget nyepelein kesehatan. Udah deh mama kesana aja, kamu mau dibawain apa?"
"Gak usah repot-repot ma, tapi tolong bawain eskrim deh hehehehhehe."
Bukannya mengiyakan, mama malah memarahi ku. Suaranya terdengar semakin tinggi. "Heh kamu ini aneh, orang lagi sakit malah minta es krim. Gak yaaaa. Udah sebentar lagi mama kesana ya. Assalamualaikum." Tit. Panggilan itu mama akhiri sebelum aku membantah ucapannya. Yaa seperti itulah mama, akan sangat panik kalau tau anaknya sedang sakit.
"Kamu kasih tau mama mas?" Tanyaku lembut pada mas Tegar.
"Iya, tadi mama nanya kenapa kamu gak bales WA mama. Yaudah aku bilang aja kamu lagi gak enak badan." Jawab mas Tegar yang sedari tadi memijat tangan kananku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabar Baik Untuk Tegar | KABUT [END]
Teen FictionPranadipa Tegar Mahawira sosok laki-laki yang sempurna untuk Kayshila Kumara Lavanya, pun sebaliknya. Keduanya adalah sepasang yang tak mungkin bisa terpisah, keduanya adalah sepasang yang saling melengkapi. Kayshila sangat beruntung punya Tegar...