Kehilangan adalah harga yang kita bayar karena mencintai seseorang.
~Queen Elizabeth II
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hari dimana mas Tegar pergi, adalah hari paling panjang yang harus aku lalui. Setiap detiknya terasa sangat berat, setiap detiknya terasa sangat sesak. Malam yang biasa terasa sangat hangat, kini berubah menjadi malam yang begitu dingin. Aku mencoba memejamkan mata yang sudah bengkak karena air mata, namun bayangan mas Tegar terus saja melintas. Aku sudah rindu dengannya. Bagaimana mungkin aku bisa melanjutkan hidup tanpa dia yang selalu menjadi semangat.
Aku menyandarkan tubuhku ke dinding kamar, merasa hampa dan terpukul oleh beratnya rasa kehilangan yang aku alami. Kamar ini, yang dulu dipenuhi tawa dan cerita bersama, sekarang terasa sunyi dan sepi. Kehilangan mas Tegar membuatku merasa hancur dan tidak tahu bagaimana harus melanjutkan hidup.
Aku kembali meraih foto yang terletak di meja samping tempat tidur. Aku memegang foto itu seerat mungkin, seolah-olah itu adalah satu-satunya sumber kekuatan yang tersisa bagiku. Aku memandang wajah kami dalam foto itu dengan tatapan kosong. Pertanyaan-pertanyaan tentang bagaimana aku akan mampu melanjutkan hidup dengan rasa kehilangan yang begitu besar terus saja menghantui pikiranku. Bagaimana aku bisa menghadapi besok, dan besoknya lagi, tanpa kehadirannya?
"Kay... mama masuk yaa.." Suara mama dari arah pintu, membawa nampan berisi makanan. Ini sudah larut malam, tapi mama masih tetap ada disini dan kuyakin dia akan kembali membujuk agar aku mau makan.
Tanpa menunggu jawaban, mama tetap masuk ke kamarku lalu duduk tepat disampingku. Aku tidak merespon apapun. Aku masih dengan tatapan kosong kehilangan harapan.
"Kay.. makan yaaa. Kamu belum makan dari siang." Ucap mama. Aku menggeleng tanda menolak.
"Liat tuh, kamu lemes banget. Makan sedikit ajaa yaaa." Kata mama setelah menarik nafas panjang lalu mama mencoba untuk menyuapi.
"Kay gak laper ma.." Ucapku lemas tidak selera melihat makanan yang mama bawa.
"Tapi kamu harus makan..."
Kali ini, aku tidak menjawab ucapan mama. Mama meletakkan makanan yang ia bawa ke meja.
"Kay... inget, kamu gak boleh egois. Ada dia yang harus kamu jaga.." Kata mama. Tanganya beralih mengelus perutku yang masih rata. Mama menatapku penuh perhatian. Aku tau mama sangat khawatir juga ikut merasakan sakit. Aku mentap mama dengan mata yang berkaca-kaca, air mata itu sedikit lagi jatuh kembali. Aku menggeleng lagi.
"Kay gak akan sanggup ma..." Ucapku dengan dada terasa sesak, sambil mencoba menahan tangis yang sudah mengancam untuk pecah.
Mama mengusap air mata yang sudah jatuh di pipiku, lalu tangan satunya menggenggam tanganku sangat erat memberi kekuatan.
"Sanggup, kamu sanggup Kay..." Ucap mama dengan suara lembutnya, namun penuh keyakinan. Mama tahu bahwa saat ini aku merasa sangat hancur, tapi dia mama juga yakin kalau aku bisa melalui ini semua dengan baik.
"Ikhlaskan Kay, ikhlaskan Tegar," lanjut mama dengan kata-kata yang menguatkan. "Kamu bisa lewatin ini, ada mama yang temani kamu..."
Aku menatap mata mama dengan penuh rasa terharu. Dia adalah batu karangku, tempatku berlindung dalam badai ini. Aku memelukknya sangat erat, mama membiarkan air mataku jatuh. Katanya, menangislah sampai puas kalau itu membuatku lega.
"Anak mama pasti kuat..." Ucapnya sekali lagi menguatkan. Mama lalu melepaskan pelukannya, mengambil lagi makanan yang ia letakkan tadi.
"Udah, sekarang makan yaa.. Sedikit ajaa..." Dengan penuh perhatian, mama menyuapiku makanan itu. Aku tidak meolak, ku buka mulut dan mulai memakan makanan yang mama berikan. Namun sayangnya, rasa mual yang tak tertahankan membuatku memuntahkan makanan yang belum sempat aku telan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabar Baik Untuk Tegar | KABUT [END]
Teen FictionPranadipa Tegar Mahawira sosok laki-laki yang sempurna untuk Kayshila Kumara Lavanya, pun sebaliknya. Keduanya adalah sepasang yang tak mungkin bisa terpisah, keduanya adalah sepasang yang saling melengkapi. Kayshila sangat beruntung punya Tegar...