Kita harus menerima kekecewaan yang terbatas, namun jangan pernah kehilangan harapan yang tidak terbatas.
~Martin Luther King
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Pagi ini arunika muncul sangat indah. Setelah sarapan tadi, aku dan mas Tegar bergegas kerumah mama. Nanti jam 8 aku dan mas Tegar akan pergi ke dokter. Kata mas Tegar mungkin kita disana akan sampai siang, sedangkan mba Kyra dan keluarganya akan berangkat ke Jakarta pukul 11. Akhirnya, pagi ini kami kesana untuk bertemu keluarga mba Kyra terlebih dahulu karena sudah pasti siang nanti saat mba Kyra berangkat kami tidak bisa disana.
"Kita beli mainan dulu yuk sayang buat Kafi." Mas tegar berucap saat aku baru saja naik ke mobilnya. Yaaa kami pergi menggunakan mobil, memang rumah papa dekat dengan rumah kami. Rencananya dari rumah papa, kita akan menuju rumah sakit dimana mas Tegar membuat janji dengan dokternya. Jadilah kami memutuskan untuk pergi menggunakan mobil.
"Boleh, ke toko mainan dekat jalan besar sana aja mas."
Kami membelikan beberapa mainan untuk Kafi. Aku memilih bola kesukaan Kafi dan juga beberapa mainan robot untuknya. Sedangkan mas Tegar membelikan mobil remot yang cukup besar untuk Kafi.
"Sudah sayang ini aja? Atau ada lagi?" Tanya mas Tegar di depan kasir.
"Cukup deh mas ini aja." Aku menjawab singkat.
Setelah mas Tegar membayar kami bergegas menuju rumah papa. Di sepanjang jalan, mas Tegar menceritakan betapa lucunya Kafi, tingkahnya dan gemasnya pada Kafi. Mas Tegar terlihat sayang sekali dengan Kafi.
Sampai disana mama menawariku dan mas Tegar untuk sarapan dulu, tapi kami menolak karena kami sudah sarapan dirumah.
"Mba sama mas hati-hati yaaaa maaf kami gak bisa nganter." Ucapku dengan ekspresi sok sedih.
"Kamu tuh tega yaaaaa sama mba, masa cuma Kafi aja yang dibeliin segala macem. Buat mba mana." Ucap mba Kyra yang menurutku lagi-lagi gak jelas hahahahah.
"Yaudah bagi dua aja mainan Kafi buat mba. Dah ah dah siang aku mau shoping dulu." Ucapku meledek.
Mas Khazim, mas Tegar dan papa cuma bisa tertawa melihat kami. Sedangkan mama melerai sambil menggendong Kafi. Mereka mengira aku dan mas Tegar ada urusan bisnis, kecuali mama. Kemarin aku sempat bilang ke mama untuk tidak menceritakan ini pada siapapun, termasuk mba Kyra dan papa. Begitupun mas Tegar yang belum menceritakan rencana kami pada ayah dan ibu.
"Yaudah mba sama mas hati-hati yaaa, jaga Kafi biar Kafi gak pusing punya bunda kaya mba hahahhahahah." Ucapku lagi-lagi meledek mba Kyra. Setelahnya aku salim dan berpelukan. Tidak lupa salaman pada mas Khazim dan juga mencium pipi gemas Kafi. Begitupun mas Tegar.
"Jaga Kay yaaa gar, jangan sampe sakit lagi kayak kamren. Kamu juga yang sabar yaa gar ngadepin dia yang jelek dan bawel hahahahha." Ucap mba Kyra pada mas Tegar yang dibalas dengan suara tawa dari semuanya. Sedangkan aku mencubit tangan mba Kyra.
Setelah itu, kami pamit untuk pergi.
"Mama doakan semuanya baik-baik saja ya nak." Ucap mama saat aku mencium pipi kanannya.
Diperjalanan, mas Tegar banyak sekali bercerita. Mulai dari bisnis ayah, cerita lucu temannya, dan beberapa kali bercanda dengan candaan bapack-bapak yang memicu gelak tawa hahahhah.
Kami sampai di rumah sakit tepat pukul 7.30. Kami harus menunggu lagi 30 menit untuk bisa bertemu dengan dokternya. Diruang tunggu tiba-tiba aku merasa panik dan takut. Entah apa yang aku takutkan, tapi pastinya ada perasaan yang tidak bisa diartikan. Mas Tegar duduk tepat disampingku dan tiba-tiba menggenggam tanganku begitu erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabar Baik Untuk Tegar | KABUT [END]
Teen FictionPranadipa Tegar Mahawira sosok laki-laki yang sempurna untuk Kayshila Kumara Lavanya, pun sebaliknya. Keduanya adalah sepasang yang tak mungkin bisa terpisah, keduanya adalah sepasang yang saling melengkapi. Kayshila sangat beruntung punya Tegar...