Kehilangan adalah bagian dari perjalanan manusia. Tetapi di dalamnya, kita menemukan kekuatan untuk melanjutkan.
~James Taylor
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Masih Kyra Pov
Setelah kami lama menunggu, akhirnya dokter keluar dari ruangan dan mengatakan kalau Kay harus istirahat total. Kadungannya sangat lemah, bahkan dokter bilang kemungkinan Kay keguguran sangatlah tinggi. Mama dan papa cukup terkejut sekaligus cemas mendengar penuturan dokter, begitupun dengan aku dan mas Khazim.
Aku dan mas Khazim menuju kamar Kay dirawat, sedangkan mama dan papa, menuju kantin rumah sakit untuk membeli beberapa makanan. Tadi aku sudah menawarkan diri, namun mereka sepertinya kasihan karena aku baru sampai dari Jakarta dan harus ikut kerumah sakit. Selain itu juga, mas Khazim terlihat sangat mengantuk. Maklum saja, sepanjang perjalanan dia tidak tertidur sama sekali dan sesampainya dirumah, dia juga belum sempat untuk memejamkan matanya.
Aku memandangi wajah Kay yang tampak pucat dan kelelahan. Matanya tampak masih sembab karena tangisnya. Aku prihatin sekaligus ikut merasakan sakit. Adikku satu-satunya harus mengalami kenyataan sepahit ini. Ku elus pipinya dengan lembut, dan tanpa terasa air mataku juga jatuh, tidak tega rasanya melihatnya seperti ini. Kay yang manja, ceria, dan selalu terlihat bahagia, kini harus terpuruk.
"MAS!" Key tiba-tiba terbangun dengan nafas yang tidak beraturan dan keringat membasaki keningnya. Aku sedikit terkejut.
"Kay..." panggilku dengan lembut.
"Awhh.." Kay merintih, tangannya meraih perutnya dengan rasa sakit yang jelas terlihat.
"Kay... sakit lagi ya?" tanyaku dengan cemas, khawatir bahwa keadaannya semakin memburuk. Kay tidak menjawab, dia justru menangis sesenggukan. Kupikir Kay merasakan sakit lagi, namun sepertinya pikiranku salah. Kay menangis bukan karena rasa sakit, tapi lain dari itu. Mungkin dia menangis karena mengingat kepergian Tegar.
Aku mencoba menenangkan Kay yang terus menangis. Kuperluk tubuhnya dengan erat, tangisnya semakin deras, mas Khazim ikut panik melihatnya. Dan tidak lama kemudian, mama dan papa datang. Dengan cemas mereka menghampiri Kay yang masih menangis dipelukanku.
"Kayhila... Kenapa?" Tanya mama dengan panik. Aku melepaskan pelukanku, mama bergantian memeluk Kay dengan erat. Sama sepertiku seblumnya, mama mengira Kay merasakan sakit lagi.
"Kenapa adikmu, Kyra?" Tanya papa ketika Kay terus menangis dan tidak menjawab pertanyaan mama.
"Kay baru saja bangun pa.." Jawabku lirih.
"Ada apa sayang? Bilang sama mama, mana yang sakit? Pa panggil dokter pa." Mama terus bertanya dengan cemas. Memastikan Kay baik-baik saja.
Papa tidak menanggapi ucapan mama. Seakan paham dengan keadaan Kay, papa menghampiri dan mengelus lembut kepalanya.
"Kay.... "
"Kay gak boleh seperti ini. Kay harus ikhlas. Kalau Kay sayang sama Tegar, Kay harus ikhlaskan. Kasian Tegar disana nak."
"Lihat kakakmu dan mamamu, mereka sedih lihat kamu seperti ini. Papa juga sama seperti mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabar Baik Untuk Tegar | KABUT [END]
Teen FictionPranadipa Tegar Mahawira sosok laki-laki yang sempurna untuk Kayshila Kumara Lavanya, pun sebaliknya. Keduanya adalah sepasang yang tak mungkin bisa terpisah, keduanya adalah sepasang yang saling melengkapi. Kayshila sangat beruntung punya Tegar...