KABUT-15 | Semakin Takut

17 1 0
                                    

Jangan rapuh dan jangan takut dengan apa yang kamu khawatirkan. Semakin besar rasa takut, semakin besar juga kegagalan yang akan menghampiri.

~KABUT

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sudah 3 hari kami berdiam diri dirumah. Bosan rasanya. Selama tiga hari itu, kegiatanku hanya membantu ibu memasak dan beres beres rumah yang tidak seberapa kotornya. Sedangkan mas Tegar kadang membantu mengurus pekerjaan ayah, namun lebih banyak berdiam diri dirumah.

Mama dan papa belum juga pulang dari jakarta. Kemarin mama sempat menelpon ku karena khawatir dengan keadaanku dan berencana untuk pulang. Tapi aku larang karena aku tahu mama masih kangen dengan mba Kyra dan Kafi cucu pertamanya itu.

Hari ini, Ibu bilang biar ibu saja yang memasak makanan untuk makan siang sedangkan aku membereskan rumah dan menyapu halaman depan. Sebenarnya rumah ini sudah bersih karena ada bu sum, orang yang bantu bersih-bersih dirumah ini namun bu sum tidak full time bekerja disini. Bu sum hanya datang pagi hari dan pulang saat siang hari. Beliau hanya membantu merapihkan rumah dan mencuci, dan setrika baju. Kadang membantu memasak kalau ibu sedang repot atau sedang sibuk kerja.

Tadi pagi mas Tegar mengantar ayah bertemu dengan teman bisnisnya dan belum pulang sampai jam segini.

"Bu, ada yang bisa Key bantu? Kerjaan Key udah selesai." Ucapku menghampiri ibu yang sedang sibuk di dapur setelah selesai menyapu halaman depan.

"Istirahat aja Key. Kamu kan dari tadi udah beresin rumah. Udah nyapu depan juga. Istirahat gih jangan kecapean." Jawab ibu membalas pertanyaanku.

"Nanti Key bosan bu hehehehe. Biar Key bantu ibu aja ya."

"Hmmm yaudah kamu tolong bantuin ibu belikan cabai juga kerupuk yaa di warung. Bisa nak?"

"Owh iya bu bisa kok. Itu aja bu?"

"Iya itu aja."

Aku bergegas menuju warung untuk membelikan apa yang ibu minta.

 Sesampainya di warung, aku lihat bu siti dan bu yem sipemilik warung sedang berbincang. 

"Iya lho bu kasian banget kan, mana udah lama banget nikahnya. Dua duanya anak tunggal lagi." Samar-samar ku dengan obrolan mereka. Entah siapa yang sedang mereka bicarakan.

"Siapa bu yang kasian?" Tanyaku bercanda saat tiba di warung itu. Kulihat mereka sedikit terkejut dengan kedatanganku.

"Eh mba Kay. mau beli apa mbak?" Tanya pemilik warung.

"Mau cabe rawitnya 1/4 kg ya bu. Sama kerupuknya 1 bungkus aja."

"Bu siti beli apa?" Tanyaku pada bu Siti.

"Ini lho mbak anak-anak minta dibikinin sayur sop." Jawabnya menerangkan.

"Ini mbak totalnya jadi 30 ribu." 

"Owh iya bu, ini uangnya Terimakasih yaa." Aku menyerahkan uang pas 30 ribu untuk membayar. 

"Mba Kay udah isi belum? Udah setahun lho mba. Apa emang sengaja nunda?". Saat hendak pulang, bu Yem justru membuka obrolan dengan menanyakan hal yang menurutku sangat sensitif ini. 

"Iya mba Kay saran saya kalo gak nunda mending ke dokter mba kay, takut jadinya kaya si mila."

"Mila kenapa bu?" 

Mila adalah tetangga kami. Rumahnya tidak jauh dari rumah bu Siti. Aku mengenalnya namun tidak begitu dekat. Dia bekerja sebagai pegawai kelurahan sedangkan suaminya bekerja di KUA. Usianya beda jauh dengan ku mungkin 8 sampai 10 tahun lebih tua. Biasanya aku memanggil mbak mil. 

Kabar Baik Untuk Tegar | KABUT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang