Amarah ibu adalah bentuk kecewanya, tapi dalam hatinya selalu berharap yang terbaik untuk anak-anaknya.
~KABUT
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Sudah 3 minggu ini aku dan mas Tegar rutin kontrol ke dokter. Siang ini sepulang mengajar, aku dan mas Tegar juga akan kembali menemui dokter. Dokter bilang kesempatan untuk kami memiliki anak masih ada walaupun kecil. Ada cahaya kecil di ujung terowongan ketika dokter mengatakan itu. Kami mendengarkan dengan penuh perhatian ketika dokter menjelaskan lebih lanjut tentang langkah-langkah yang harus kami ambil. Dokter memberikanku beberapa obat dan vitamin untuk membantu menunjang kesuburan. Setiap hari, tanpa kecuali, aku meminum obat dan vitamin yang dokter berikan. Ini menjadi ritual harian yang selalu aku lakukan dengan tekun, mengingat betapa besar harapan kami untuk memiliki anak.
Sampai sekarang, ayah dan ibu belum mengetahui hal ini. Aku belum siap menceritakannya pada mereka. Aku masih saja takut kalau mereka akan kecewa ketika mengetahui hal ini. Beberapa kali mas Tegar menyarankan untuk menceritakannya, namun aku belum juga mau. Syukurnya, mas Tegar tetap menghargai keputusanku itu. Biarlah kami sekarang mencoba ikhtiar tanpa mereka tau. Semoga kami akan segera mengabarkan hal baik kepada mereka. Namun jika kabar baik itu tidak dapat kami berikan, biarlah rasa sakit ini kami yang simpan.
Pernah satu waktu ibu melihat obat yang cukup banyak dikamar kami dan menanyakan obat apa itu. Aku berbohong dengan mengatakan itu hanyalah vitamin biasa. Meskipun kata-kata itu terlontar dengan niat baik untuk menjaga ketenangan, aku merasa bercampur aduk. Dalam hatiku, aku tahu bahwa keterbukaan akan lebih baik, tetapi saat itu, aku hanya ingin meringankan beban hatinya sebisa mungkin.
Aku dan mas Tegar sudah datang 30 menit lebih awal dari jadwal yang ditentukan. Sepulang mengajar, mas Tegar menjemputku di sekolah dan sebelumnya kami menyempatkan makan siang terlebih dahulu di resto dekat dengan rumah sakit.
"Semoga pemeriksaan hari ini bisa lebih baik dari sebelumnya yaa mas." Ucapku pada mas Tegar diruang tunggu.
"Aamiin. Tapi kalaupun hasilnya tetap sama, kita harus tetap ikhlas yaaa Key." Jawab mas Tegar menasihati. Aku mengangguk tersenyum.
Dan benar saja, hari itu dokter mengatakan belum ada perubahan yang signifikan. Sedih pasti tetap ada. Namun sekarang aku jauh lebih ikhlas. Meskipun perjalanan ini mungkin berliku dan penuh tantangan, kami tahu bahwa kami tidak sendirian. Dukungan satu sama lain dan panduan dari dokter memberi kami kekuatan untuk tetap berjuang. Kami belajar untuk menghargai setiap langkah dalam perjalanan ini, baik itu hasil positif maupun tantangan yang mungkin muncul. Mas Tegar selalu bilang "Kita serahkan semuanya pada Tuhan". Kami menyadari bahwa memang tidak ada jaminan, tetapi kesempatan masih ada, dan kami siap untuk merangkulnya dengan penuh harap dan dedikasi.
"Kita langsung pulang sayang?" Tanya mas Tegar setelah kami keluar dari ruang dokter.
"Iya mas langsung pulang aja ya." Jawabku singkat.
Ibu Pov
Siang itu aku dan beberapa rekan guru lainnya merencanakan untuk menjenguk salah satu guru yang sedang dalam perawatan di rumah sakit. Setelah jam pelajaran usai, kami menuju ke rumah sakit tempat dimana ia dirawat. Saat kami tiba di sana, kami memberikan dukungan dan semangat kepadanya agar segera sembuh. Kami menghabiskan waktu sejenak bersama, berbicara dan menghibur untuk membawa keceriaan di tengah situasi yang menantang. Setelah merasa bahwa kunjungan kami memberikan semangat yang diperlukan, kami akhirnya meninggalkan rumah sakit dengan harapan bahwa teman kami akan segera pulih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabar Baik Untuk Tegar | KABUT [END]
Teen FictionPranadipa Tegar Mahawira sosok laki-laki yang sempurna untuk Kayshila Kumara Lavanya, pun sebaliknya. Keduanya adalah sepasang yang tak mungkin bisa terpisah, keduanya adalah sepasang yang saling melengkapi. Kayshila sangat beruntung punya Tegar...