KABUT-45 | Senyuman di Setiap Bintang

21 1 0
                                    

Meski kini kau berada jauh di nirwana sana, aku masih bisa tetap melihat senyumu yang sempurna, melalui bintang yang kau juga suka. Senyummu adalah kilauan istimewa yang tak mungkin terlupakan. 

~KABUT

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Malam ini, langit terbentang luas dengan ribuan bintang yang bersinar gemerlapan, membentuk pemandangan yang sungguh cantik. Bulan, dalam keindahan purnama, menghiasi langit dengan kecantikannya yang tak terelakkan. Suasana malam begitu tenang, hanya dihiasi oleh gemerisik daun-daun pepohonan yang dihembus angin lembut.

Aku duduk seorang diri di teras rumah, menikmati indahnya malam yang begitu damai. Cahaya bulan memberikan sentuhan lembut pada wajahku, dan aku merasakan kehangatan sinar bintang-bintang yang jatuh ke bumi. Angin malam yang bertiup memberikan kesejukan yang menyegarkan, seakan-akan membawa aroma kehidupan dari alam yang terhampar di sekelilingku.

Malam yang indah ini, kembali membawaku mengingat, malam sebelum kepergian mas Tegar. Saat itu, mas Tegar menghampiri lalu merangkulku dengan erat, seolah-olah ingin menyimpan semua kehangatan dalam pelukannya. Mata kami sama-sama takjub dengan keindahan malam yang Tuhan ciptakan. Hingga ingatanku sampai pada ucapannya.

Mas seneng kalau kamu terlihat bahagia seperti ini. Tetap seperti ini yaaa walau mas gak ada.

Ucapannya terdengar penuh makna, seperti sebuah firasat yang merasuk di dalam hatiku. Baru kusadari, mungkin itu adalah firasat yang ia rasakan sebelum pergi, meninggalkanku selamanya.

7 bulan sudah ia pergi, meninggalkanku dengan penuh kenangan yang tak mampu aku lupakan begitu saja. Meski belum sepenuhnya ikhlas, aku selalu meyakinkan diri bahwa semua jalan ini adalah jalan terbaik yang Tuhan berikan untukku, keluargaku, dan juga untuk mas Tegar. Tapi keikhlasan itu, bukan berati aku melupakan semua akan dirinya. Setiap hari, aku selalu mengingat semua kenangan manis yang telah kita lalui bersama selama 8 tahun lamanya. Kerinduan itu, terus aku rasakan. 

Kandunganku juga sudah memasuki usia yang sama dengan kepergian mas Tegar. Perjalanan yang sangat tidak mudah. Di tengah luka akan kehilangan, aku harus berjuang merasakan beratnya awal kehamilan. Mual hebat setiap pagi, badan lemas, pusing, tidak nafsu makan, dan banyak hal lainnya. Bukan hanya itu, ucapan beberapa orang yang terlihat iba dengan diriku, juaga kadang membuat perjalanan ini semakin berat. Mereka mencoba memberikan dukungan, tetapi sering kali kata-kata tersebut membawa ingatan akan kehilangan Mas Tegar. Meski aku tahu bahwa mereka bermaksud baik, namun terkadang rasanya sulit menerima kenyataan bahwa aku harus menjalani kehamilan ini tanpa kehadiran Mas Tegar di sisi. 

Aku masih ingat betul saat acara 4 bulan kehamilan. Hari itu dipenuhi dengan persiapan dan kegembiraan dari orangtuaku dan orangtua Mas Tegar. Mereka berdua bersatu untuk membuat acara yang cukup besar sebagai bentuk rasa syukurnya.

Namun, di tengah semangat persiapan, aku melewati sekelompok ibu-ibu yang tengah berkumpul dan membantu mempersiapkan acara. Suara cemas mereka terdengar ketika aku melintas, dan ada seorang di antara mereka yang dengan pelan mengatakan, "Kasian ya bu, nanti anaknya lahir gak punya ayah." dan orang disebelahnya, mengiyakan ucapan ibu itu.

Ucapannya memang terdengar penuh iba, dan mungkin saja tidak bermaksud menyinggung. Namun, sayangnya, kata-kata itu diucapkan pada waktu yang sangat tidak tepat. Rasanya seperti semburat kelam yang menutupi kegembiraan yang sedang aku rasakan.

Aku berusaha menyembunyikan perasaan sedihku, tetapi kata-kata itu menciptakan bayangan yang mengganggu pikiranku. Saat acara dimulai, aku mencoba fokus pada kegembiraan dan cinta yang terpancar dari keluarga dan teman-teman yang hadir. Meskipun aku tahu bahwa mereka semua datang dengan niat baik, tapi tetap saja, komentar itu meninggalkan bekas yang sulit untuk dihilangkan. 

Kabar Baik Untuk Tegar | KABUT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang