KABUT-26 | Setelah Ibu Tau (2)

17 1 0
                                    

Semarah apapun ibu, kasih sayangnya tetap akan abadi.

~KABUT

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Setibanya dirumah, kami melihat ayah dan ibu sedang duduk diruang tengah. Tapi sikap ibu kali itu beda dari biasanya. Biasanya ibu akan menyapa dengan penuh senyum saat kami sampai di rumah. Kali itu, ibu diam dan menatap kami tajam seakan marah. Belum juga kami mencium tangannya, ibu bersuara bernada tinggi menanyakan dari mana kami. Mas Tegar menjawab berbohong namun ibu tau kami berbohong.

Sayangnya anak dan menantu semata wayang ibu, tidak pandai untuk berbohong. Ibu kecewa sama kalian.

Ibu terlihat sangat marah. Namun yang aku bingungkan, kenapa ibu semarah ini? Tidak mungkin kalau hanya karena kita pulang telat, karena diminggu sebelumnya setiap kami kontrol ke dokter, ibu tidak pernah bertanya apalagi sampai marah. 

Tadi ibu lihat mereka berdua di rumah sakit yang sama dengan rumah sakit yang ibu datangi. Ibu pikir ibu salah orang, tapi ternyata benar itu mereka. Mereka tidak tahu ibu ada disana. Ibu mendengar pembicaraan mereka. Ayah tau? Itu bukan kali pertama mereka kesana. Ibu kecewa sekali yah, mereka tinggal serumah sama kita, tapi masalah seperti ini tidak mereka ceritakan.

Deg. Suara ibu semakin meninggi. Ibu melihat dan mendengar pembicaraan kami di rumah sakit tadi. Kami terkejut, aku mengenggam tangan mas Tegar sangat erat. Aku tidak menyangka kalau ibu juga pergi kekerumah sakit di hari yang sama. Mas Tegar tak berkutik, ia menunduk merasa bersalah telah membohongi orang tuanya.

"Benar seperti itu Tegar." Tanya ayah pelan dengan tetap menenangkan ibu yang emosinya seakan memuncak.

Mas Tegar mengangguk. Suaranya bergetar menjawab pertanyaan ayahnya. "Iya ayah, kami minta maaf." Aku tidak tau harus bagaimana, yang pasti saat itu rasa sedih, takut dan bersalah menjadi satu. 

Ayah menarik nafasnya panjang. Ibu menatap kami tajam. Untuk pertama kalinya, aku tidak sanggup untuk menatap wajah kedua orangtua mas Tegar.

"Yang pertama, ayah kecewa karena kalian berbohong. Yang kedua, ayah kecewa karena kalian tidak terbuka dengan kami. Tegar, Kayshilla kenapa harus diam-diam? Yang ketiga, ayah gak mau kejadian seperti ini terulang lagi. Sekarang ayah minta kalian jelaskan semuanya." Ujar ayah dengan suara lembut namun penuh ketegasan. 

"A..Ayah, Ibu, Tegar sama Key minta maaf. Bukan kami sembunyi-sembunyi, tapi kami perlu waktu yang tepat untuk bicara ini sama ayah dan ibu." Ucap mas Tegar dengan rasa penuh salah.

"Kamu tidak menjawab apa yang ayah minta, Tegar." Suara ibu masih tinggi, amarahnya semakin terlihat dari raut wajahnya. Mas Tegar kembali terdiam, mas Tegar menatapku. Mungkin mas Tegar ingin menceritakan semuanya pada mereka, namun ia tidak mau gegabah menceritakan semuanya tanpa persetujuanku. Jatungku berdegub kencang, aku takut kalau ibu semakin marah. Namun disisi lain, aku sungguh belum siap jika ayah dan ibu tau ini semua sekarang. Ibu masih sangat marah, kalau ditambah ibu tau semuanya bukankah ibu semakin marah dan semakin kecewa? Kami terdiam cukup lama, suasana tegang menyelimuti ruangan. Genggaman tanganku pada mas Tegar semakin erat. Ayah menatap kami dengan tatapan yang lebih tenang daripada ibu, meskipun aku merasakan kekecewaan dalam pandangannya.

"Yasudah, kalau kalian tidak mau berbicara tidak apa-apa. Mungkin kami memang tidak pantas untuk tahu apapun tentang kalian." ujar ibu akhirnya dengan suara yang masih penuh dengan kekecewaan. Ibu beranjak dari tempat duduknya dengan gerakan yang penuh dengan perasaan campur aduk. Langkah-langkahnya terasa berat, seolah-olah memikul beban emosional yang begitu besar. Wajahnya masih mencerminkan kekecewaan, namun ada juga sentuhan keraguan yang sulit diabaikan. Tatapannya terpekur sejenak saat melihat kami berdua, seakan mencoba meresapi makna di balik segala hal yang baru saja terjadi. Aku bisa merasakan suasana hatinya yang berkecamuk, di antara amarah, kecewa, dan mungkin juga rasa ingin memahami. Detak jam berjalan lambat, sementara kami menunggu, menciptakan ketegangan yang semakin terasa.

Kabar Baik Untuk Tegar | KABUT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang