Semuanya adalah titipan, kapan saja bisa diambil oleh pemilik-Nya.
~KABUT
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Semalam, sepulang dari rumah sakit aku langsung tertidur lelap sekali dan hari ini aku kembali beraktivitas seperti biasanya. Meski ibu sempat melarangku untuk mengajar hari ini, aku tetap memaksakan diri. Lagi pula jika aku harus izin untuk tidak mengajar, pasti aku akan merasa bosan sendirian dirumah. Ibu mewanti-wati agar aku tidak kelelahan, membawakan bekal makanan dan setiap jamnya ibu mengirimiku pesan memastikan aku baik-baik saja. Ibu sangat khawatir pendarahan kemarin akan terulang lagi.
Tadi siang, aku juga sempat menemani mas Tegar bertemu dengan rekan bisnisnya dan ayahnya. Sebenarnya mas Tegar juga melarang aku ikut dengannya karena takut aku akan kelelahan. Dengan jurus merengek bosan sendirian dirumah, mas Tegar akhirnya mengizinkan untuk aku ikut.
Kami pulang menjelang malam, sesampainya dirumah ibu sempat menegur kami karena pulang jam segini. Ibu terlihat marah namun khawatir. Ibu juga sempat menegur ayah karena membiarkan kami pulang cukup malam. Ibu hanya khawatir aku akan kelelahan. Aku menjelaskan dengan lembut bahwa aku baik-baik saja dan justru senang karena bisa menemani mas Tegar, setelahnya ibu mengajak kami untuk makan malam bersama.
Aku terbangun dari tidur lelapku malam itu karena perutku kembali terasa sakit. Aku mengatur nafas berharap rasa sakit itu akan hilang. Namun sialnya, rasa sakit itu justru semakin parah.
"Mas.." Aku mencoba membangunkan mas Tegar yang tertidur sangat lelap dengan suara lirih.
Sepertinya mas Tegar sangat kelelahan dihari itu, ia tidak membuka matanya. "Hmmmm..."
"Mas.." Aku kembali mencoba membangunkan dengan meremas tangannya.
"Kenapa sayang? Kamu laper?" Ucapnya dengan mata yang masih tertutup.
"Mas sakittt..." Ucapku lirih dengan merintih kesakitan. Mas Tegar yang mendengar itu akhirnya membuka matanya dan bangkit dari tidurnya. Dengan raut wajah yang terkejut dia menatapku khawatir.
"Kenapa Key? Apanya yang sakit?" Tanyanya.
"Perut aku sakitttttt" Jawabku lemas dengan meremas perut dan keringat sudah membasahi dahiku
"Kita ke rumah sakit yaa...." ujar Mas Tegar, mencoba untuk tetap tenang di tengah situasi yang semakin genting. Dia membuka selimut yang menutupi separuh tubuhku, lalu mencoba membangunkan tubuhku yang terasa begitu lemah.
"YA ALLAH DARAH!" Mas Tegar terkejut, matanya membelalak seolah-olah melihat sesuatu yang tak terduga. Rasa panik mulai merayap di wajahnya, dan seketika tubuhku semakin lemas menyadari hal itu. Rasa khawatir, takut, dan sakit menjadi satu.
"Ki...kiitt..kitaaa ke rumah sakit yaaa." Ucap mas Tegar yang sangat panik. Mas Tegar beranjak mencari kunci mobil yang entah dimana ia letakkan.Ia mencarinya di setiap sisi kamar ini, namun tidak juga ditemukan.
Mas Tegar mencarinya keluar kamar, berharap kuncinya ada disana. Namun sepertinya ia tidak berhasil menemukan kunci mobilnya itu.
"CEPEET MAS!" Teriakku dengan sisa tenaga yang masih ada. Di luar, ku dengar suara ibu yang terbangun, mungkin ibu terbangun mendengar suara berisik mas Tegar yang mencari kunci mobilnya.
"Cari apa Tegar malam-malam begini?" Tanya ibu lirih dengan suara masih mengantuk.
"Ibu, ibu liat kunci mobil Tegar gak bu?" Jawab mas Tegar tergesa, dengan keringat yang juga sudah membanjiri tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabar Baik Untuk Tegar | KABUT [END]
Dla nastolatkówPranadipa Tegar Mahawira sosok laki-laki yang sempurna untuk Kayshila Kumara Lavanya, pun sebaliknya. Keduanya adalah sepasang yang tak mungkin bisa terpisah, keduanya adalah sepasang yang saling melengkapi. Kayshila sangat beruntung punya Tegar...