Hidup bersama dengan seseorang yang tepat adalah puncak dari segala puncak.
~Unknown
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
8 tahun sudah aku menjalani kehidupan rumah tangga ini bersama mas Tegar. Meskipun perjalanannya tidak selalu mulus, kami tetap bersama dalam segala lika-likunya. Salah satu momen yang paling sulit adalah ketika kami kehilangan calon anak pertama kami. Namun, yang luar biasa adalah bagaimana Mas Tegar dan keluarganya menyikapi kejadian itu. Tidak ada yang berubah dari sikap Mas Tegar, begitu juga dengan ayah dan ibunya. Mereka tetap memperlakukanku dengan penuh kasih sayang sebaik seperti awal aku menjadi istri mas Tegar, tanpa sekalipun menyalahkan. Kejadian itu menjadi bukti nyata bahwa keluarga ini selalu bersama dalam suka dan duka, memberikan dukungan yang tak ternilai harganya dalam setiap langkah kehidupan kami. Bahkan setelah itu, tak pernah mereka membahas tentang anak di depan ku. Mereka menjaga perasaanku dengan sangat baik.
Sekarang, mas Tegar disibukkan dengan jam mengajar dan urusan bisnis yang sangat padat karena ayah lebih banyak dirumah dan menyerahkan urusannya pada mas Tegar. Mas Tegar sudah jarang sekali bersantai sepulang mengajar, bahkan sering kali mas Tegar pulang larut malam. Meskipun begitu, dia selalu menyempatkan waktunya untuk makan siang bersama dirumah, mengajakku jalan-jalan setiap weekend, dan yang paling aku suka adalah dia selalu mengabariku dimanapun dia berada. Selelah apapun mas Tegar, dia akan bertanya tentang bagaimana hariku hari ini, dia akan mendengarkan semua ceritaku.
Ibu juga sudah pensiun dari beberapa bulan yang lalu, harinya disibukkan dengan mengurus tanaman kesukaannya dan mencoba menu-menu baru yang ibu lihat dari internet. Aku tidak pernah kesepian saat mas Tegar harus sibuk dengan urusannya. Ayah selalu mengajakku mengobrol sambil menonton televisi, sedangkan ibu selalu mengajakku untuk mencoba menu-menu barunya lalu akan tertawa bersama saat menu baru yang kami buat ternyata memiliki rasa yang sangat aneh. Lagi-lagi aku sangat bersyukur diberi keluarga seperti mereka.
Perihal anak? Aku sudah berjanji pada mas Tegar untuk memasrahkan semuanya pada yang maha kuasa. Pernah satu waktu di tengah keputus asaan, aku meminta mas Tegar untuk melepaskanku agar dia bisa menikah dengan perempuan yang mampu memberikan keturunan. Mas Tegar marah besar, tanpa sepatah katapun dia menatapku tajam lalu pergi meninggalkanku sendirian di kamar. Saat itu, mas Tegar tak mau berbicara denganku 3 hari lamanya. Sampai akhirnya aku meminta maaf akan hal itu, dengan suara lembutnya dia memaafkan lalu menangis merasa bersalah karena telah marah kepada ku. Sejak saat itulah, kita sama-sama berjanji untuk ikhlas apapun ketentuannya.
Bohong kalau aku tidak sedih akan hal ini. 8 tahun bukanlah waktu yang sebentar untuk sebuah penantian. Seperti hari ini, aku kembali teringat masa-masa bahagia itu. Aku membuka kembali foto usg bulan pertama anak pertamaku. Aku kembali berandai-andai, andai saja dia ada, mungkin sekarang dia tumbuh menjadi anak yang sangat menggemaskan dan lucu, rumah ini akan dipenuhi dengan mainannya, setiap hari aku akan memasak makanan yang ia suka dan setiap minggunya kita akan pergi jalan-jalan bukan berdu tapi bertiga. Dan banyak hal lainnya yang pasti akan sangat menyenangkan. Setiap kali aku mengingatnya, air mata tidak akan mampu aku tahan.
"Sayang, hey lagi apa sihh? Dicariin ibu tuh, katanya mau diajak masak seblak." Suara mas Tegar dari awah pintu mengagetkanku, segera ku hapus air mataku tak mau dia tau kalau aku menangis. Aku tidak melihat ke arahnya, ku genggam foto itu agar mas Tegar tidak melihatnya. Dian menghampiriku, seakan paham, mas Tegar menatapku tajam dan khawatir.
"Key, kenapa? nangis ya?" Kata mas Tegar.
"Engg..." Suaraku pelan, berusaha menyembunyikan.
"Kenapa?" Ucap mas Tegar cepat memotong ucapanku. Tangannya meraih tanganku yang mengenggam erat foto itu. Mas Tegar menatapku tajam lalu menghela nafasnya.
"Kita pernah bahas ini kan Key?" Suaranya sedikit berat. Matanya terlihat marah namun iba.
"Emang aku gak boleh ya rindu?" Aku menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Suara bergetar
"Aku cuma...."
"Mas cuma gak mau kamu sedih begini." Mas Tegar mengelus lembut wajahku lalu membawaku kedalam pelukannya. Mas Tegar sudah sangat paham bahwa aku pasti akan menangis. Pelukannya seakn menjadi penenang untuk diriku.
"Maaf mas." Suaraku lirih.
"Istri mas yang cantik ini gak boleh sedih yaaaa." Katanya dengan tersenyum.
Aku menggenggam erat tangan mas Tegar "Makasih yaaa kamu selalu ada disamping aku. Semoga kamu segera mendengar kabar baik itu dari aku."
"Suara dan senyum kamu setiap harinya adalah kabar baik untuk aku." Ucapnya dengan senyuman yang khas. Aku tersenyum mendengar jawaban itu.
"Sudah yaa, tuh ibu udah nungguin kamu di dapur." Kata mas Tegar.
"Sejak kapan ibu suka makan seblak?" Tanyaku bingung. Ibu paling tidak suka dengan seblak. Katanya rasanya cukup aneh. Setiap kali tau aku makan seblak, ibu pasti akan menegurku dan mas Tegar. Tapi kali ini kenapa ibu malah memasak seblak hahahha?
"Ibu liat resep seblak yang viral, pengin coba katanya hahahahha." Jawab mas Tegar diiringi tawa. Aku juga tertawa mendengar jawaban itu.
Aku keluar kamar menuju dapur. Benar saja, ibu terlihat sibuk dengan masakannya. Aku membantunya, sesekali kita sama-sama bingung dengan bumbu dan proses memasaknya. Kami akan tertawa ketika merasa bahwa bumbu dan proses yang dilakukan sepertinya salah. Setelah selesai, kami mengernyitkan dahi seakan tidak yakin dengan hasilnya. Baik aku maupun ibu, tidak ada yang mau mencicipi karena tampilannya terlihat aneh.
Alhasil ayah dan mas Tegar lah yang harus mencicipinya. Sama seperti kami, ayah dan mas Tegar juga kaget dengan tampilan seblak yang kami buat. Ibu memaksa mereka agar mencicipinya. Dengan wajah tertekan mereka mengatakan itu sangat enak. Tapi aku tau kalau masakanku dan ibu kali ini sangat gagal hahahahhahahhaha.
Malam harinya, aku berdiri di teras rumah menikmati langit malam yang nampak begitu indah. Bintang-bintang bersinar begitu terang di langit gelap, seperti permata berkilau yang tersebar dengan sempurna. Bulan mengambang tinggi, menambahkan keindahan dengan cahayanya yang lembut. Hembusan angin malam membawa aroma segar dari alam di sekitar, dan rasanya seperti momen yang sempurna untuk merenung, merenungkan kebesaran alam semesta ini dan menyadari betapa kecilnya kita di dalamnya.
"Belum mau istirahat sayang? Dingin loh diluar." Suara mas Tegar mengalihkan pandanganku pada langit. Matanya yang hangat memancarkan kebaikan dan perhatian saat dia menghampiriku. Aku tersenyum, merasakan kehangatan dalam kata-katanya, dan aku pun merasa beruntung memiliki seseorang yang selalu peduli denganku.
"Belum, langit malam ini terlihat sangat cantik. Sayang kalau melewatkan pemandangan indah ini." Ucapku tersenyum lalu kembali memandangi langit.
Mas Tegar mendekat menemaniku lalu merangkul. Dia juga nampak kagum dengan langit pada malam itu.
"Mas seneng kalau kamu terlihat bahagia seperti ini. Tetap seperti ini yaaa walau mas gak ada." katanya dengan lembut, sambil matanya tetap terpaku pada cakrawala yang dipenuhi bintang.
"Kenapa bicara seperti itu? Memang mas mau kemana?" Tanyaku heran mendengar ucapannya itu. Sebelumnya, mas Tegar tidak pernah bicara seperti itu.
"Gak kemana-mana sayang." Jawabnya tenang.
"Jangan bicara seperti itu mas. Kamu harus janji, kamu akan selalu dampingin aku." Ucapku lirih lalu kusandarkan kepalaku dibahunya.
"Mas minta maaf." Jawabnya lembut merasa bersalah.
Setelahnya, tidak ada pembicaraan lagi. Kami sama-sama menikmati indahnya malam itu, berdua di bawah langit yang penuh bintang, dengan kehangatan dalam pelukan dan kehadiran satu sama lain yang cukup untuk mengisi hatiku dengan kedamaian.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
*********************************************************************
KAMU SEDANG MEMBACA
Kabar Baik Untuk Tegar | KABUT [END]
JugendliteraturPranadipa Tegar Mahawira sosok laki-laki yang sempurna untuk Kayshila Kumara Lavanya, pun sebaliknya. Keduanya adalah sepasang yang tak mungkin bisa terpisah, keduanya adalah sepasang yang saling melengkapi. Kayshila sangat beruntung punya Tegar...