Begitu mobil berhenti, Melisa membuka pintu dan berlarian masuk mencari mamanya. Dari arah dapur, seorang wanita tergopoh-gopoh usai mendengar panggilan putri bungsunya."Mama!"
"Ya, ampun, Sayang."
Dua perempuan beda generasi itu saling berpelukan. Tentu saja Melisa sangat merindukan Ratna. Setelah menikah, ia sudah tidak mendapatkan pelukan dari mamanya. Entah kekuatan dari mana sampai kedua orang tuanya ini benar-benar rela melepaskan Melisa ke tangan suami, padahal selama ini mereka sangat dekat.
Fyan dan Ryan menyusul beberapa menit kemudian. Fyan meletakkan ransel milik Melisa di lantai.
"Mama, aku juga mau dipeluk." Ryan mulai melancarkan aksi dengan menarik-narik lengan Ratna.
Melisa menggeplak tangan abangnya. "Gantian!"
"Harusnya yang bilang begitu aku, Dek. Gantian!"
"Sabar, dong! Aku masih kangen sama Mama!"
"Sini, Mama peluk kalian berdua."
"Ah, asik!" Tanpa menunggu waktu lama, Ryan segera menghambur ke pelukan sang mama.
Ratna melirik putranya satu lagi. "Fyan nggak mau ikut pelukan?"
"Nggak. Aku, kan, setiap hari ketemu Mama."
Wanita berambut pendek itu tersenyum.
Adegan peluk-pelukan itu selesai. Ratna menggiring anak-anaknya duduk di sofa. Rasanya senang melihat ketiga anaknya berkumpul seperti saat mereka masih kecil dulu. Dulu, ia pikir dengan punya banyak anak akan kerepotan, justru sebaliknya, Ratna sangat bahagia. Apalagi keempat anaknya berhasil mengenyam pendidikan yang tinggi dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Ahsan menjadi dokter, Fyan menjadi arsitek, Ryan walau masih kuliah dia memiliki bisnis kafe di sini, dan Melisa yang baru saja lulus kuliah sedang meniti karier menjadi seorang editor profesional serta memiliki suami berprofesi sebagai pilot. Tentu saja Ratna bangga dengan pencapaian anak-anaknya. Tidak masalah mau kerja apa pun asal masih di jalur yang benar.
"Papa ke mana, Ma?" tanya Melisa yang masih bergelayut di lengan Ratna.
"Masih di peternakan. Katanya ada calon pembeli yang mau lihat kambing buat akikah."
"Wah, Papa masih rajin bekerja," celetuk Ryan. "Padahal Papa tinggal duduk manis di rumah, uang tetap mengalir dari anak-anaknya."
Ratna tersenyum. "Kayak nggak tau Papa aja. Papa kamu nggak betah di rumah."
"Mas Ahsan jadi pulang besok, Ma?" Fyan bertanya pada Ratna.
Melisa terbelalak. "Lho, Mas Ahsan juga mau ke sini?"
"Iya, tapi cuma sehari," jawab Ratna.
"Sama Mbak Mutia juga?"
"Iya, dong, masa sendirian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Negara - [END]
RomancePertengkaran antara Melisa dengan ibu mertuanya tidak dapat dihindari. Ya, maklum, masih tinggal satu rumah sama mertua. Apa saja bisa menjadi bahan keributan mereka. Sayang sekali, Melisa tidak mendapatkan pembelaan dari Candra---suaminya---karena...