Akhirnya aku nulis judul ini. Kalian tahulah kenapa judulnya begini? 🤧
•••
Bangun tidur, Melisa merasakan lapar dan haus. Stok makanan di kamar pun habis. Ia lantas bangkit dan melangkah turun sembari memegang perutnya. Di dapur, tidak ada siapa pun. Jelas, wong sekarang sudah siang. Tidak masalah. Melisa bisa leluasa di tempat ini.
Begitu pintu kulkas terbuka, Melisa mengambil buah mangga. Entah kenapa tiba-tiba ingin makan buah itu. Setelah tahu kehamilan ini, Melisa sadar keinginannya beberapa hari yang lalu bisa disebut ngidam. Kalau tahu sejak awal, kan, Melisa bisa minta Lamborghini ke suaminya.
Teringat suaminya, Melisa tersadar bahwa hari ini laki-laki itu akan pulang. Ia sudah mengaktifkan data seluler, tetapi tidak ada satu pun pesan atau telepon dari Candra sejak semalam. Parahnya lagi suaminya tidak mengirimkan nomor penerbangan kalau misalnya pulang hari ini. Namun, Melisa mencoba berpikir positif. Bisa jadi sekarang Candra sedang kehilangan sinyal atau lupa membuka ponsel karena buru-buru.
Usai mengupas serta mengiris buah itu, Melisa melangkah keluar seraya membawa piring. Akan tetapi, keputusannya ia anggap salah sebab saat ini ada Sarina dan Mbak Lala di sana. Semoga saja tidak ada hal buruk menimpanya.
"Kalau belum kemasukan apa-apa itu, jangan makan buah. Kamu mau sakit perut?"
Tuh, kan, baru juga dibatin. Sarina memang senang sekali mengacaukan mood-nya.
"Aku maunya makan ini. Ibu mau nanti cucu Ibu ileran gara-gara keinginannya nggak dituruti?"
"Mbak Mel lagi ngidam, ya?" tanya Mbak Lala. "Mau sekalian saya buatin bumbunya?"
Melisa mengangkat tangannya. "Nggak usah, Mbak. Ini udah enak, kok."
Wajah Sarina mengeras. Namun, Melisa tidak peduli. Yang penting keinginannya terpenuhi.
"Oh, ya, Bu. Sekarang aku berhasil hamil. Sesuai kesepakatan kita, Ibu harus batalin rencana pernikahan Mas Candra sama Syakira."
Sarina menatap tajam. "Kamu gila!"
"Ibu juga gila. Ngapain nyuruh anaknya buat nikah lagi? Sekarang aku sudah hamil. Aku nggak mau tahu, Bu, pokoknya Ibu harus batalin rencana itu. Sekarang."
Sarina mendengkus.
"Ibu nggak mau? Oke. Aku akan pergi dari sini dan nanti aku nggak akan izinin kalian ketemu sama bayi ini. Ibu mau?"
Tidak ada yang bicara setelah itu. Melisa mengangkat garpunya. Kembali menyantap buah mangga sembari menunggu reaksi Sarina selanjutnya. Awas saja kalau Sarina tidak mau berubah pikiran. Ia benar-benar akan pergi dari sini. Melisa masih mampu mengurus anak ini sendiri.
Hingga beberapa menit kemudian, Melisa melihat Sarina mengeluarkan ponsel dan tak lama benda tersebut ditempelkan ke telinga.
"Jangan lupa di-loudspeaker, Bu. Aku mau dengar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Negara - [END]
RomancePertengkaran antara Melisa dengan ibu mertuanya tidak dapat dihindari. Ya, maklum, masih tinggal satu rumah sama mertua. Apa saja bisa menjadi bahan keributan mereka. Sayang sekali, Melisa tidak mendapatkan pembelaan dari Candra---suaminya---karena...