19 - Rencana Sarina

12.9K 1.2K 18
                                    

Bangun tidur, Melisa merasakan sakit pada perutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bangun tidur, Melisa merasakan sakit pada perutnya. Setelah dicek, rupanya celana dalam yang ia kenakan terdapat bercak merah. Sempat sedih karena hari ini ia mendapat jatah menstruasi, tapi ia langsung teringat kalau hari ini Sarina mengajaknya ke rumah sakit.

Dewi keberuntungan masih berpihak pada Melisa. Hari ini ia tidak perlu memikirkan alasan untuk mencegah Sarina. Padahal, semalam ia sudah memiliki rencana, tetapi ternyata Allah berkata lain.

"Kamu kenapa senyum-senyum gitu?" Candra terbangun dan heran melihat Melisa keluar dari kamar mandi dengan wajah semringah.

"Aku datang bulan."

Candra mengerjap. "Kok, tiba-tiba?"

"Nggak tau, tapi emang udah waktunya, sih."

"Baru aja?"

"Iya. Ada untungnya, kan? Sekarang Ibu nggak bakal ajakin kita ke rumah sakit."

Melisa membuka lemari. Mengambil kemeja flanel oversize, kaus putih, dan celana kulot warna hitam. Saat melangkah ke kamar mandi, Candra memanggilnya.

"Kamu beneran datang bulan?"

Pertanyaan itu merontokkan kegembiraan Melisa. Menyebalkan sekali, bukan? Bukannya senang, malah tidak percaya. Memang benar, buah itu, jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Melisa mendekati suaminya yang masih terduduk di pinggir ranjang. "Jadi, Mas kira aku ini bohong, gitu?"

"Nggak gitu, maksud aku---"

Ucapan Candra terputus lantaran Melisa menarik tangannya masuk ke kamar mandi. Lalu, Melisa menyodorkan celana dalam yang belum sempat ia bersihkan bercak darahnya.

"Masih nggak percaya?"

Candra menurunkan tangan Melisa yang memegang pakaian dalam itu. Tubuhnya bergidik ngeri. Jujur saja, ia takut dengan darah. "Iya, Sayang, maaf. Udah, itu dibersihin dulu."

"Makanya kalau istrinya ngomong, tuh, percaya."

"Iya-iya. Aku kira kamu lagi bikin rencana bohongi Ibu. Nggak taunya beneran."

Melisa mencebik. "Udah sana keluar. Aku mau mandi."

"Nggak mandi bareng?"

"Nggak. Kita nggak pernah mandi bareng, ya, tapi main di kamar mandi. Sekarang aku nggak mau, lagi haid dan perutku sakit!"

Sebelum pergi, Candra mengacak rambut istrinya yang memang masih berantakan, juga sempat mencuri ciuman di bibirnya, membuat Melisa mencak-mencak.

Setelah Melisa, gantian Candra yang mandi. Usai mengeringkan rambut, Melisa mengambil kompres perut, kemudian berbaring. Setiap haid hari pertama, selalu seperti ini. Maunya rebahan di kasur. Kalau di rumah, Ratna akan membiarkannya, tapi kalau di sini, beda cerita.

Sepuluh menit kemudian, Candra keluar dengan mengenakan kaus oblong dan celana panjang. Rambutnya basah diusap-usap menggunakan handuk. Kakinya bergerak mendekati ranjang yang ditempati istrinya.

Ibu Negara - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang