Sarina masih tidak percaya. Tidak habis pikir dengan anaknya sekarang. Kejadian beberapa hari yang lalu sama persis seperti yang terjadi 25 tahun silam. Di mana saat mantan suaminya memilih pergi. Laki-laki itu juga berkata sama seperti Candra. Sarina pun sama jemawanya, berkata jika mantan suaminya tidak akan bisa berdiri tanpa bantuannya.
Akan tetapi, tujuh tahun setelah berpisah, Sarina tidak sengaja melihat berita yang menampakkan wajah mantan suaminya, yang menjadi seorang pengusaha sukses, kemudian menikah lagi dengan putri konglomerat. Sarina marah, tidak terima mantan suaminya mendapatkan nasib baik usai berpisah dengannya. Yang ia mau, Hutama kembali datang dan bertekuk lutut lagi di hadapannya. Bukan seperti ini!
Sarina tidak mau dirinya kalah. Hutama harus tetap menderita. Ia pun mulai menyusun rencana agar mantan suaminya tidak bisa mengambil Candra. Sarina berani memblokir nomor Hutama, berani pindah rumah dan pindah sekolah. Ia berusaha menghilangkan jejak. Melanggar perjanjian yang sudah disepakati oleh mantan suaminya.
"Bu, nanti kalau ayah cari kita gimana?"
"Ayah kamu nggak akan pernah cari kita. Dia sudah pergi dan nggak mau ketemu kita lagi."
"Tapi, Bu, aku mau ketemu ayah."
"Sudah, kamu nggak mikirin ayah lagi."
Candra sama sekali tidak bertemu dengan ayahnya sejak berpisah. Bukan karena ayahnya sibuk bekerja, melainkan Sarina-lah yang membuat mereka sulit bertemu. Ia selalu mendoktrin Candra bahwa ayahnya merupakan seorang laki-laki jahat, yang tega meninggalkan istri dan anaknya. Sarina takut Hutama bisa merebut Candra dari tangannya. Anak emasnya tidak boleh ada di keluarga mantan suaminya.
Sarina merasa ada untungnya Hutama memilih berpisah. Ia bisa memperlakukan Candra tanpa ada yang protes. Anaknya akan tumbuh sesuai dengan apa yang diinginkan. Masa depannya kian cerah. Candra menjadi anak pintar berkat tangannya. Andai memilih bertahan dengan laki-laki itu, mungkin saja Candra menjadi anak yang tertinggal.
Usia makin bertambah, Candra mulai berani mempertanyakan di mana ayahnya. Cara-cara sebelumnya sudah tidak mempan lagi. Sarina lantas membeberkan kejadian sebenarnya.
"Ibu sama ayah sudah berpisah. Bukan suami istri lagi. Ayahmu yang memilih pergi meninggalkan kita. Mulai sekarang, kamu nggak usah cari ayahmu, nggak usah di mana ayah. Kamu akan sengsara kalau hidup sama ayah kamu."
Dengan tega Sarina selalu berkata bahwa Hutama yang salah, Hutama yang tidak sayang lagi pada Candra. Sarina merasa puas karena Candra berhasil masuk perangkap. Sarina merasa bangga karena berhasil membawa anaknya ke masa depan yang indah. Ia benar-benar tidak peduli dengan perasaan anaknya.
Ketika sudah dewasa, anak itu sudah tidak bisa dibodohi lagi. Sarina dan Candra kerap bertengkar. Apalagi saat Sarina tidak bisa mengatur penghasilan yang masuk. Entah bagaimana caranya Candra berhasil mengubah seluruh tabungan menjadi atas namanya dan entah disimpan di mana. Pertengkaran yang paling hebat terjadi ketika Candra berani menulis dan menerbitkan tulisannya. Sarina benar-benar marah saat itu. Dari situ, Candra mulai jarang pulang dan baru kembali ke rumah saat meminta izin menikahi Melisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Negara - [END]
RomancePertengkaran antara Melisa dengan ibu mertuanya tidak dapat dihindari. Ya, maklum, masih tinggal satu rumah sama mertua. Apa saja bisa menjadi bahan keributan mereka. Sayang sekali, Melisa tidak mendapatkan pembelaan dari Candra---suaminya---karena...