"Kenalkan, saya Wawan, penulis novel yang berjudul 'Mertua Bilang Aku Mandul'.""Melisa, perwakilan dari Yukata Books."
Melisa dan laki-laki yang mengaku penulis novel incarannya itu berjabat tangan sebentar. Setelah itu, Melisa menyuruh laki-laki itu duduk di sofa yang letaknya di seberang.
"Saya pikir kamu perempuan, lho. Soalnya nama pena kamu Akira Chou." Benar. Saat menemukan novel Mertua Bilang Aku Mandul di salah satu platform online, Melisa selalu berpikir jika Akira Chou adalah perempuan. Alasannya karena gaya penulisannya begitu mendayu, pemilihan katanya bagus, karakter perempuan yang jadi menantu pun sangat kuat, pengambarannya latar serta suasana terlihat nyata.
"Mbak Mel adalah orang kesekian yang mengira saya perempuan."
Melisa yang tadinya hendak membuka laptop menjadi urung, merasa tertarik. Mata bulatnya menatap pria berbingkai kacamata minus itu. Kalau dari fisik, Wawan cukup manis. Kulit sawo matang, badan berisi, wajah bersih. "Berarti kamu udah sering dikira perempuan?"
"Bukan sering lagi, Mbak. Kayaknya udah jadi kebiasaan pembaca. Saya tiap kali buka DM, pasti kalimat awalnya 'Mbak Akira'."
Perempuan yang kini mengikat rambutnya melempar senyum. "Saya penasaran, kenapa kamu pakai nama pena itu?"
"Saya mau branding diri sebagai penulis romansa, Mbak. Kalau pakai nama asli, saya merasa nggak cocok. Terus pas nyari di internet, ketemu nama itu. Saya pakai, deh."
"Dan banyak yang terkecoh," sambung Melisa. Membuat Wawan mengulas senyum hangat.
"Kamu kaget nggak dapet DM dari saya?"
Wawan mengulum bibirnya. "Jujur iya, Mbak. Saya nggak mengira kalau ada penerbit yang tertarik dengan naskah saya. Padahal, novel itu awalnya saya ikutkan lomba, tapi nggak lolos. Terus, saya ajukan draft ke penerbit impian, ditolak dengan alasan belum punya pengikut banyak. Jalan terakhir, saya upload di platform aja, Alhamdulillah dapet respons bagus dan akhirnya ketemu sama Mbak Mel."
"Saya waktu itu nggak ngeliat followers kamu. Lagian, saya merasa yang penting pembaca kamu loyal, mau ngikutin kamu ke mana aja, dan saya yakin novel Mertua Bilang Aku Mandul ini bisa mencuri perhatian pembaca di luar sana. Tentu sebelum itu, kamu harus ikuti prosesnya dulu."
"Iya, Mbak. Saya akan ikuti semua prosesnya."
"Nah, sip." Melisa memperbaiki posisi duduknya, lalu membuka layar laptop. "Jadi, sebelum novel ini terbit, kamu harus melewati yang namanya sunting naskah. Saya dipercaya untuk membantu kamu menyunting naskah ini. Kamu udah siap, kan?"
"Udah, Mbak," jawab Wawan yakin.
"Oke. Nanti Saya baca dulu bab satu sampai bab tiga, terus saya kirim review-nya dan kamu perbaiki sesuai yang saya tandai. Paham, ya?"
Wawan mengiakan.
"Oh, ya, kalau boleh jujur ide cerita kamu sebenarnya mainstream, ya. Menantu versus mertua. Tapi, yang bikin saya akhirnya tertarik dan yakin sama naskah ini, plot twist-nya. Sumpah, kenapa kamu bisa kepikiran bikin suaminya yang mandul?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Negara - [END]
RomansaPertengkaran antara Melisa dengan ibu mertuanya tidak dapat dihindari. Ya, maklum, masih tinggal satu rumah sama mertua. Apa saja bisa menjadi bahan keributan mereka. Sayang sekali, Melisa tidak mendapatkan pembelaan dari Candra---suaminya---karena...