Mas Candra: Dua jam lagi aku sampai di Semarang. Nggak sabar, deh, ketemu kamu. 😘Tiada hal yang paling menyenangkan selain menerima pesan dari suaminya. Melisa pun mempersiapkan diri. Dimulai dengan mandi, lalu pergi ke dapur untuk memasak nugget yang ia buat sendiri bersama Ratna, selanjutnya membuat sambal goreng ati. Begitu sampai, Candra pasti senang disambut dengan makanan kesukaannya.
"Eh, kirain Mama yang lagi masak, nggak taunya kamu." Suara laki-laki di belakang terdengar. Melisa menoleh sebentar. Rupanya Ahsan yang datang.
Kini, Ahsan berdiri di sebelah Melisa. Mencomot satu nugget yang sudah matang. "Kan, tadi kita udah sarapan. Kok, masak lagi, Dek?"
"Ini buat Mas Candra, bentar lagi dia ke sini."
"Ciee, disusul suami."
Seketika wajah Melisa memanas, tetapi tangannya tidak berhenti menggerakkan spatula di atas teflon.
"Mas seneng, deh, kamu udah banyak berubah. Nggak salah Mas setuju kamu nikah sama Candra."
Melisa mengulum bibir. "Kata Mama, perempuan bakal berubah ketika udah menikah. Entah itu berubah ke arah yang baik atau buruk."
"Candra memperlakukan kamu dengan baik, kan?"
Jika ditanya begitu, tentu saja jawabannya akan bervariasi. Selama tiga tahun ini, Candra sangat baik, bertanggung jawab, walau kadang menyebalkan kalau menyangkut ibunya, dan satu lagi masih belum berubah pikiran soal anak.
"Mas Candra baik, kok, Mas. Aku bahagia sama dia."
Ahsan menghela napas lega. "Syukurlah, tapi kalau kamu ngerasa dia nyakitin kamu, jangan sungkan minta bantuan Mas, ya. Nanti biar Mas yang hadapi dia."
Bibir yang dipulas lipstik nude terangkat ke atas. Melisa merasa beruntung kakak serta kedua abangnya masih bersedia berdiri di hadapannya, masih bersedia mengulurkan tangan dan bahu untuk bersandar. Setidaknya Melisa merasa mendapat kekuatan sekaligus perlindungan jika suatu hari nanti ia merasa tidak mampu menapaki bumi.
"Makasih, Mas."
"Ya udah, Mas ke kamar Ryan sama Fyan dulu, ya. Tiara ada di sana."
"Mbak Mutia ke mana emangnya, Mas?"
"Ada di kamar."
Saat Ahsan beranjak ke kamar adik kembarnya, kening Melisa berkerut. Tunggu, ini jam sembilan pagi dan Mutia masih di dalam kamar. Astaga naga dragon, untung mertua Mutia itu Ratna, bukan Sarina. Melisa pernah sekali berdiam di kamar gara-gara kram haid dan itu masih pagi, Sarina langsung menceramahinya panjang lebar. Setelah itu, ia kapok.
Melisa tidak mau ambil pusing. Biarkan saja, yang malu, kan, Mutia. Itupun kalau masih punya urat malu.
Perempuan itu beranjak keluar. Bertemu dengan Hartanto yang baru saja keluar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Negara - [END]
RomancePertengkaran antara Melisa dengan ibu mertuanya tidak dapat dihindari. Ya, maklum, masih tinggal satu rumah sama mertua. Apa saja bisa menjadi bahan keributan mereka. Sayang sekali, Melisa tidak mendapatkan pembelaan dari Candra---suaminya---karena...