Saat membuka mata, langit memperlihatkan perubahan warna dari jendela kamar. Melisa tidak segera bangun. Ia menoleh ke kanan-kiri hingga ia menemukan sosok suaminya sedang meletakkan mangkuk di atas nakas.Begitu mata terbuka sempurna, visual suaminya tampak jelas. Melihat seragam pilotnya masih melekat di tubuh Candra membuat Melisa bertanya, "Mas nggak mandi semalam?"
Candra memiringkan kepalanya, lalu menunduk untuk mengecup singkat kening istrinya. "Mandi."
Jawaban itu jujur, kok. Karena barusan Melisa sempat mencium wangi sabun di tubuh suaminya. Lho, kalau pakai seragam, artinya ....
"Mas mau terbang lagi, ya?"
"Iya."
"Ke mana?"
"Sidney."
"Hah?" Seketika Melisa terduduk. Namun, setelah itu, ia merasakan kepalanya cenat-cenut tak karuan dan spontan mengaduh.
"Kalau bangun yang pelan-pelan, Sayang," tegur Candra seraya mengelus kepala istrinya.
"Berarti Mas nginep, dong?"
"Iya. Cuma tiga hari, tapi setelah itu aku libur panjang."
Melisa mencebik. Tiga hari, kok, cuma? Tidakkah Candra tahu selama tiga hari itu istrinya tersiksa lahir dan batin? Apalagi satu rumah dengan mertua yang super ajaib, dengan kondisi sakit pula. Gini amat nasibmu, Mel.
"Sekarang kamu makan dulu. Aku udah seduh oatmeal buat kamu. Aku suapin." Candra mengangkat mangkuk yang rupanya berisi oatmeal. Mulai mengaduk makanan itu, meniupnya sebentar, baru menyodorkannya ke mulut Melisa. Namun, perempuan itu memalingkan wajahnya.
"Masih kenyang."
"Masih kenyang gimana? Kamu nggak makan semalam. Makan, ya. Tiga puluh menit lagi aku berangkat, lho."
Dengan terpaksa Melisa menerima suapan itu. Kalau tidak, Candra pasti akan terus memaksanya sarapan. "Pake susu, ya, Mas?"
"Iya. Biar kamu ada tenaga."
Ah, sebenarnya Melisa tidak begitu suka. Namun, karena ini Candra yang membuat, tidak apa-apa. Suaminya sudah menyempatkan waktu untuk membuatkan sarapan di sela-sela persiapannya menuju bandara.
"Mas, kemarin ada dia nggak?" Melisa mengulang pertanyaannya di chat kemarin. Setelah tanya begitu, kan, Melisa sama sekali belum pegang ponsel. Setiap kali menatap layar, kepalanya serasa seperti naik komidi putar.
"Nggak ada."
"Berarti sekarang ada, dong?" tanya Melisa sebelum menerima suapan kedua.
"Nggak tau juga. Aku belum lihat list-nya."
Boleh tidak kalau Melisa berharap perempuan itu menghilang saja? Andai saja ada detergen yang mampu memusnahkan noda di pernikahan, Melisa akan beli selusin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Negara - [END]
RomancePertengkaran antara Melisa dengan ibu mertuanya tidak dapat dihindari. Ya, maklum, masih tinggal satu rumah sama mertua. Apa saja bisa menjadi bahan keributan mereka. Sayang sekali, Melisa tidak mendapatkan pembelaan dari Candra---suaminya---karena...