Ratna yang pertama kali memergoki Candra tidur di ruang tamu. Saat itu juga ia menegur Melisa yang baru saja keluar dari kamarnya. Pagi itu, mereka bertiga duduk satu meja. Ratna mendengar pengakuan Candra dulu, baru beralih ke Melisa.
"Mama tahu kamu masih kesal, tapi membiarkan Candra tidur di luar sama saja nggak menyelesaikan masalah."
"Cuma sebentar, Ma. Cuma kasih sedikit hukuman." Melisa membela diri.
"Ya, kalau kamu nggak mau tidur bareng, suruh dia tidur di kamar tamu atau di kamar Abang kamu. Kamu bayangin nggak semalaman tidur di sini, nggak ada selimut, kaki ditekuk. Kalau nanti sakit gimana? Kamu yang repot, kan? Apa justru ini yang kamu mau?"
"Ma, saya nggak apa-apa, kok, tidur di sini." Candra bersuara. Bermaksud membela istrinya. Namun, rupanya itu tidak mempan bagi Ratna. Wanita itu berhasil membungkam mulutnya.
"Mama sekarang nggak minta kamu bicara. Melisa tetap salah di sini. Suami istri itu nggak baik tidur pisah kayak gini," kata Ratna. "Nah, Melisa, jawab pertanyaan mama, kamu mau kayak gini terus?"
"Nggak, Ma."
"Masih mau mengulangi kesalahan ini nanti malam?"
Melisa spontan menggeleng. "Nggak, Ma. Ini pertama dan terakhir."
"Nah, bagus. Sudah tahu harus ngapain setelah ini?"
"Udah, Ma."
"Apa?"
"Minta maaf."
"Oke, mama seneng dengernya. Sini peluk. Maaf, ya, udah marahin kamu pagi-pagi."
Adegan pelukan antara Melisa dengan Ratna terjadi. Satu hal yang tidak pernah Candra duga. Ia kira Ratna akan langsung meninggalkan seolah-olah tidak terjadi apa-apa sebelumnya. Kemudian, satu lagi, Ratna tadi tidak mengizinkannya membela Melisa, padahal biasanya salah satu orang tua ada yang membela anak ketika salah. Pantas saja Melisa dengan ketiga kakaknya sangat akur karena sedari dulu tidak ada yang dibeda-bedakan.
"Jangan diulangi lagi, ya. Mama nggak suka kalian pisah-pisah gini."
"Iya, Ma."
Sepeninggal mamanya, Melisa berdiri, lalu melangkah menuju kamar. Candra berinisiatif mengikuti istrinya. Melisa diam saja saat Candra ikut masuk.
"Mas kalau mau mandi pakai aja kamar mandinya," kata Melisa. "Yang semalam, aku minta maaf. Nanti malam Mas tidur di sini."
Candra tersenyum. Ia ingin melangkah mendekat, tapi Melisa keburu memberikan ultimatum.
"Aku minta maaf bukan berarti boleh deket-deket. Mas bau, belum mandi!"
"Kalau aku udah mandi berarti boleh deket-deket?"
Melisa memutar bola matanya. "Terserah!"
Melihat ekspresi istrinya, laki-laki itu tidak takut sama sekali. Justru Candra berani mengacak rambut sang istri, kemudian mengecup bibirnya singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Negara - [END]
RomancePertengkaran antara Melisa dengan ibu mertuanya tidak dapat dihindari. Ya, maklum, masih tinggal satu rumah sama mertua. Apa saja bisa menjadi bahan keributan mereka. Sayang sekali, Melisa tidak mendapatkan pembelaan dari Candra---suaminya---karena...