Fyan termasuk orang yang jarang mengirim pesan. Abangnya yang satu itu senangnya langsung menelepon, katanya biar efisien. Pesan pun paling sering di grup keluarga, itu pun hanya singkat. Melisa kadang kesal kalau mau menghubungi abangnya itu. Chat hari ini, dibalas minggu depan. Nah, sekarang, tidak ada angin, tidak ada halilintar tiba-tiba tanya bisa pulang tidak. Langsung ruwet pikiran Melisa.Sialnya, telepon Melisa sampai sekarang tidak diangkat-angkat. Makin panas dingin badannya. Melisa sampai menunda kepulangannya demi menuntaskan rasa penasaran ini. Ada sekitar tiga puluh menit menunggu sampai panggilan dari Fyan datang dan Melisa segera menerimanya.
"Kenapa telepon, Nok? Aku lagi kerja."
"Mama sama papa gimana keadaannya?" tanya Melisa.
"Hah? Mama papa baik-baik aja, Nok. Sehat walafiat, bahkan baru aja makan daging sapi."
"Lha, terus, Abang ngapain tanya aku bisa pulang apa nggak? Pasti papa atau mama kenapa-napa, kan?"
"Astagfirullah, pikiranmu! Ya, kamu pikir aku nge-chat cuma mau kasih kabar buruk?"
"Ya, terus apa lagi?"
"Melisa Sayang, aku tanya begitu karena lusa mama ulang tahun. Aku mau ajak kamu kasih kejutan karena sekarang nggak ada Ryan. Kamu inget apa nggak kalau besok mama ulang tahun?"
Dengan gerakan cepat, Melisa menurunkan ponsel untuk mengecek kalender. Benar, lusa Ratna berulang tahun dan Melisa sudah menandai tanggal tersebut. Tangannya menepuk jidatnya keras. Kenapa bisa lupa? Kenapa pula pikirannya malah ke sana?
"Ih, kenapa Abang nggak ngomong lewat grup kayak biasanya?"
"Lho, nanti dibaca sama mama, nggak jadi kejutan, dong?"
"Harusnya Abang, tuh, tambahin kalimat selanjutnya biar aku nggak salah paham."
"Ya, mana kutahu kamu malah mikir ke sana. Niatku cuma tanya. Pikiranmu lagi ruwet, ya? Lagi ada masalah apa?"
"Nggak ada masalah apa-apa. Yang salah itu Abang kenapa nggak lengkap nulis chat-nya. Aku jadi suuzan."
"Ya Allah, Fyan, sabaaar. Orang sabar disayang pacar."
Di ujung sana, Fyan mengurut keningnya. Sudah pening memikirkan pekerjaan, sekarang makin jadi gara-gara kelakuan adiknya. Mungkin sekarang Melisa sedang PMS makanya uring-uringan. Dirinya beserta Ahsan dan Ryan sudah mendapat pelatihan khusus dari Ratna terkait menghadapi perempuan yang tamu bulanannya datang. Kalau Melisa sedang begini, mereka sudah tahu triknya.
"Ya udah, sekarang gimana, kamu bisa pulang nggak?" tanya Fyan.
"Aku ngomong sama Mas Candra dulu, tapi nggak bisa berangkat besok, aku ada urusan sama Mas Candra. Aku berangkat pas hari H-nya."
"Nah, gitu, Nok, dari tadi. Kenapa harus ngalor-ngidul dulu?"
Melisa memutar bola matanya. "Ih, kan, Abang yang salah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Negara - [END]
RomancePertengkaran antara Melisa dengan ibu mertuanya tidak dapat dihindari. Ya, maklum, masih tinggal satu rumah sama mertua. Apa saja bisa menjadi bahan keributan mereka. Sayang sekali, Melisa tidak mendapatkan pembelaan dari Candra---suaminya---karena...