Satu gawai mati, masih ada perangkat lain yang bisa Melisa gunakan. Beruntung WhatsApp-nya masih terhubung di laptop. Setidaknya selama belum memiliki ponsel baru, dirinya masih menerima pesan masuk, termasuk banyak panggilan tak terjawab dari suaminya.Teringat foto terkutuk yang dikirim Syakira, Melisa enggan menanggapi Candra. Biarkan saja selama dua hari ini laki-laki itu kesulitan menghubunginya. Ini hukuman yang pantas diterima Candra. Salah siapa membiarkan perempuan lain masuk ke kamar hotelnya, membiarkan tubuhnya dijamah tangan setan.
Jam dinding menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Agar pikiran serta tubuhnya segar, Melisa memutuskan untuk pergi olahraga. Joging menjadi pilihannya. Kemarin sempat mencari di Google kalau joging bisa meningkatkan kesuburan dan memperbesar peluang untuk hamil. Tidak ada salahnya untuk dicoba.
Melisa masih ingin berusaha, setidaknya untuk diri sendiri.
Kakinya kini terbalut celana training, sementara badannya tertutup kaus yang dilapisi hoodie. Melisa bergerak di jalan sekitar perumahan. Tidak sengaja matanya menemukan seorang wanita hamil yang sedang jalan kaki tanpa sandal. Untuk sejenak, ia berhenti.
"Mbak, sendirian aja." Melisa mulai percakapan dengan basa-basi.
"Iya, Mbak. Suami lagi kerja di luar kota."
Melisa terpaku. Suaminya berani banget meninggalkan istri yang perutnya besar begini. Ia jadi membayangkan kelak dirinya hamil dan Candra meninggalkannya terbang. Apa-apa sendiri dengan perut sebesar ini.
"Berapa minggu ini, Mbak?" Refleks tangan Melisa menyentuh perut wanita itu.
"Tiga puluh lima minggu, Mbak. Sama dokter udah disuruh jalan pagi biar lancar lahirannya."
Kali ini Melisa mengangguk. "Biar cepet hamil gimana caranya, Mbak?"
"Saya ikut program bayi tabung karena sudah enam tahun gagal pakai cara alami. Mbaknya lagi mau program hamil?"
"Iya, Mbak. Udah tiga tahun belum dikasih."
"Kata dokter nggak ada masalah, kan?"
"Nggak ada, Mbak." Ya, mana mungkin Melisa berkata jujur. Mbak ini saja tidak menceritakan secara detail mengapa selama enam tahun gagal pakai cara alami.
"Kalau Mbak sama suami sehat, mendingan ikuti arahan dokter, Mbak. Terus, jangan terus mikir kenapa belum dikasih sama Allah, yang ada Mbak stres sendiri. Nikmati aja waktu kesendirian Mbak. Dulu saya terlalu menuntut sampai lelah sendiri. Tapi, giliran saya pasrah, tau-tau dapat garis dua."
Melisa tertegun. Terbayang sekali bagaimana perjuangan wanita ini walau Melisa tidak melihat secara langsung. "Doakan saya bisa nyusul Mbak, ya."
"Amin."
Obrolan terputus. Melisa melanjutkan langkahnya. Kali ini lebih cepat supaya tubuhnya mengeluarkan keringat. Selepas bertemu wanita hamil itu, pikiran Melisa sedikit cerah. Enam tahun wanita itu berjuang dan akhirnya Allah memberikan, membuat Melisa yakin tidak perlu terlalu mengejar. Toh, jika memang ditakdirkan memiliki anak, pasti akan dikabulkan. Begitu juga sebaliknya. Mau sekeras apa pun Melisa berusaha, kalau memang tidak bisa, ya, tidak bisa. Setidaknya usaha kali ini memberikan hasil yang lain. Anak itu bonus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Negara - [END]
RomancePertengkaran antara Melisa dengan ibu mertuanya tidak dapat dihindari. Ya, maklum, masih tinggal satu rumah sama mertua. Apa saja bisa menjadi bahan keributan mereka. Sayang sekali, Melisa tidak mendapatkan pembelaan dari Candra---suaminya---karena...