Candra langsung meluncur ke rumah sakit diantar Fyan. Sambil membawa boneka panda itu, Candra bersama Fyan melangkah menuju ruang perawatan Melisa. Setibanya di sana, mereka bertemu dengan Ratna yang hendak masuk."Mama habis dari mana?" tanya Fyan.
"Habis cari minum. Tadi mama lupa bawa dari rumah." Ratna lantas menyadari kehadiran Candra di belakang Fyan. "Lho, Candra, kamu kapan sampai sini?"
Candra mendekat, meraih tangan Ratna untuk dicium. "Semalam, Ma."
"Melisa lagi ngapain, Ma?" Fyan bersuara lagi.
"Lagi tidur habis makan siang sama minum obat. Makanya mama bisa keluar. Tadi adik kamu minta ditemenin terus."
Candra lantas bertanya, "Gimana keadaan Melisa, Ma?"
"Janinnya baik-baik saja, tapi lemah. Melisa nggak boleh kelelahan, nggak boleh stres, harus makan karena berat badannya menyusut, terus Mas harus puasa sampai kandungannya bener-bener kuat." Bukan Ratna yang menjawab, melainkan Fyan. Ia teringat Dokter yang mengiranya suami Melisa, lalu mengatakan seperti itu tanpa beban. Untung saja pada saat itu Ratna segera mengklarifikasi.
Candra mengerjap. Miris mendengar keadaan istrinya. Namun, ia tidak mengerti dengan ucapan kakak iparnya yang terakhir. "Puasa apa?"
"Ya, puasa berhubungan, lah! Awas ya, kalau sampai Mas berani ngelakuin itu di saat aku atau mama nggak ada. Aku bakal patahin batangnya Mas." Fyan kemudian menatap Ratna. "Ma, kalau perlu nanti kita ikutan masuk biar Melisa nggak diapa-apain. Kita perhatiin dari belakang."
"Abang," tegur Ratna. "Maafin Fyan, ya. Dia emang suka gitu."
"Nggak apa-apa, Ma. Harusnya saya yang minta maaf. Saya udah bikin kegaduhan. Saya yang bikin Melisa jadi seperti ini." Candra rasa wajar jika Fyan sampai segitunya. Dia hanya tidak mau adiknya terluka lagi.
"Melisa juga salah, dia udah berani bohong sama kamu. Maafin Melisa, ya."
Candra terperangah. Padahal, ia sudah siap mendapat balasan. Ia sudah siap kalau disudutkan. Toh, memang kenyataannya ia layak disalahkan. Namun, baik Hartanto maupun Ratna kompak tidak memojokkan satu pihak. Mereka tetap memandang dua-duanya salah. Bahkan, sepertinya tidak mengompori anaknya untuk berpisah.
"Melisa itu kalau sudah punya keinginan kuat bakal dikejar dan baru berhenti kalau dia merasa nggak mungkin menggapainya. Di sini, kalian berdua sama-sama salah. Jadi, selesaikan masalah ini berdua, ya."
"Ih, Mama." Fyan protes. Masih tidak terima kalau Candra dibolehkan bertemu adiknya. Sayangnya sekarang dirinya sendirian. Coba kalau ada Ryan dan Ahsan, pasti Candra akan kalah.
"Kamu di luar sama mama. Nggak boleh ikut campur urusan rumah tangga orang."
Telak. Fyan tidak bisa membantah perkataan mamanya kalau sudah bawa-bawa kata rumah tangga. "Jangan seneng dulu, Mas. Aku tetep ngawasin kalian dari sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ibu Negara - [END]
RomancePertengkaran antara Melisa dengan ibu mertuanya tidak dapat dihindari. Ya, maklum, masih tinggal satu rumah sama mertua. Apa saja bisa menjadi bahan keributan mereka. Sayang sekali, Melisa tidak mendapatkan pembelaan dari Candra---suaminya---karena...