Perpisahan adalah hal yang paling mengerikan bagi setiap manusia. Terlebih dengan sang tercinta. Hanya saja, beberapa perpisahan memang diharuskan demi sebuah kebaikan bersama. Memilih mengenyahkan keegoisan agar mendapatkan akhir yang lebih baik dari perpisahan yang dirasakan.
"Tidak bisakah kita mengambil jadwal penerbangan yang sama?" Rengekan pemuda dewasa itu berbanding terbalik dengan usia yang dimiliki. Sikap dan usianya sangat bertolak belakang.
"Tidak bisa, Oppa. Media sudah tau mengenai jadwal kepulanganku." Balas sang wanita memutar mata malas. Dia mulai jengah dengan sikap kekasihnya yang mulai kekanakan.
"Oh ayolah, Sayang. Aku bisa lewat pintu belakang nanti." Taehyung belum berhenti. Dia masih berusahap membujuk sang wanita agar bisa satu penerbangan.
"Oppa itu sebenarnya berpura-pura tidak pintar atau memang tidak pernah berpikir? Tentu saja Oppa tidak bisa menghindar. Para awak media memiliki mata elang yang tidak bisa dikelabui. Terlebih para fans yang selalu jeli." Kesal Jennie.
"Aku bisa menyamar." Usul Taehyung dengan ide yang menurutnya brilian. Namun tidak bagi sang wanita.
"Dan bagaimana kalau ada yang menyadari? Oppa, semua berita tengah memuat kita berdua. Mengatakan kalau kita sedang berkencan bersama di New York."
"Itu kan kenyataannya. Kita bermain golf bersama, mengunjungi restoran dengan makanan yang enak, memesan kalung kembar, dan ---"
"Bukan itu intinya, Oppa."
Jennie mendesah kesal. Dia mengeram rendah ketika menahan diri untuk tetap sabar dan tidak meluapkan emosi pada kekasihnya.
"Ah sudahlah percuma saja menjelaskan pada Oppa. 15 menit lagi pesawatku akan take off. Aku harus segera bersiap." Pungkasnya untuk menyudahi kegiatan drama yang di tunjukkan sang lelaki.
Keduanya berada di parkiran bandara sejak beberapa menit lalu. Menghabiskan waktu berdua untuk terkahir kali sebelum Jennie meninggalkan Taehyung karena dirinya harus pulang lebih dulu. Sebab jika mereka berada pada satu penerbangan yang sama, maka semakin tak terkontrol lah berita diluaran sana.
Kini waktunya sudah tiba. Kebersamaan mereka harus dipisahkan agar tidak membuat gaduh seluruh dunia. Meski sungguh, berhubungan dengan model permainan tikus kucing cukup membuat keduanya kelelahan.
"Oppa, aku mohon bersikaplah normal nanti. Jangan menunjukkan gelagat apapun yang mencurigakan." Pesan Jennie bersungguh-sungguh. Sebab Taehyung suka sekali melakukan hal-hal yang sangat mengejutkan dan seenaknya sendiri.
"Kau sangat tau kalau aku ingin sekali melakukannya. Tapi kali ini aku memilih untuk menahan diri. Karena kau pasti akan memarahiku tanpa ampun."
"Sudah pasti. Karena Oppa selalu menunjukkan hal-hal yang tak terduga pada publik."
"Bukankah kita sepakat akan memberitahukan hubungan ini pada semua orang?"
"Iya, Oppa. Tapi perlahan. Aku bilang perlahan. Bukan terburu dan sangat mencolok seperti caption-caption yang ada di instagram Oppa." Ucap Jennie dengan penuh penekanan disetiap kata yang terucap.
Taehyung tersenyum tanpa dosa. Dia menggaruk kepalanya meskipum tidak gatal. Kebiasaannya ketika merasa canggung.
"Oh itu. Tanganku hanya gatal ingin mengutarakan bagaimana pengaruhmu yang begitu hebat pada hidupku." Ujarnya beralasan.
"Aku tidak tau mengapa Oppa pintar sekali berkilat."
"Tapi itulah kebenarannya, Sayang."
"Entah aku harus tersanjung atau semakin kesal kalau begitu."