"Sayang... Jennie ku, ayo bangun..."
Taehyung membisik di telinga sang kekasih yang masih terlelap. Meniup pelan hingga perempuan yang berada didekapannya mengeram karena terganggu. Buntalan daging mungil itu berputar hingga berbalik menghadap sang lelaki. Menggeserkan tubuh, mencari kenyamanan dengan menyembunyikan diri pada dada sang kekasih yang terasa keras.
"Jenn, sudah pagi, Sayangku..." Taehyung memainkan surai Jennie yang menutupi wajah ayu meski tanpa sedikitpun riasan. Kulitnya yang seputih susu itu ingin sekali lelaki itu sesap. Namun dia tahan, sebab semalam dia sudah begitu menggila sehingga mendapatkan ancaman dari sang wanita. Oleh karena itu, sebelum Jennie semakin marah, dia tidak akan melakukan keinginan yang ada dipikirannya.
"Aku masih sangat mengantuk, Oppa. Tubuhku juga sangat lelah," Jennie mengeluh dengan suara serak. Netranya masih tertutup rapat. Tidak ada tanda-tanda untuk terbuka sama sekali. Seakan sudah diberi zat perekat.
"Udara pagi itu sangat baik untuk kesehatan, Jenn. Kau tidak boleh terus bermalasan di kamar."Netra yang tertutup itu seketika terbuka lebar. Meski masih terlihat merah, namun sorot mata tajam itu cukup membuat Taehyung paham ketiaksukaan sang kekasih.
"Menurut Oppa siapa yang membuatku kurang tidur dan tubuhku terasa seperti remuk ini?. Jangan lupa kalau semua ini karena Oppa yang terus mengerjaiku dan membuatku begadang sepanjang malam."
Taehyung terkekeh tanpa dosa. Lelaki tak tahu malu itu mengecup kedua mata sang wanita. Menjilat kedua pipi Jennie sebelum bergerak ke bibir merah mudah yang sangat manis tersebut. Melumatnya pelan meski sang empunya sudah mencoba untuk menghentikan tingkah gila dari manusia bernama Taehyung. Untung saja hanya Jennie yang mengetahui hal itu. Bagaimana kalau semua orang tahu? Pasti Taehyung akan di cap sebagai seorang maniak.
"Ayo, Jenn. Apa kau ingin aku melumat seluruh tubuhmu sampai kau bangun?"
Dengan sangat terpaksa perempuan itu mendudukkan diri. Wajahnya yang kesal masih nampak bengkak. Netranya yang kurang tidur terlihat begitu sembab. Sungguh Jennie ingin sekali menghajar sang kekasih. Atau setidaknya memukul lelaki itu dengan bantal. Namun tenaganya benar-benar sudah terkuras habis.
"Aku sudah bangun. Sekarang Oppa mau apa!" Meski suaranya masih serak, nada kesalnya terasa sekali di telinga Taehyung. Pemuda itu hanya tersenyum ringan seperti tanpa dosa setelah menganggu ketenangan sang kekasih. Dia mendudukkan diri, menghadap sang wanita.
"Lari pagi sepertinya menyenangkan,"
Sontak saja Jennie netra yang masih setengah tertutup itu terbelalak lebar. Dia sungguh tak habis pikir dengan ajakan lelaki didepannya yang sialnya juga kekasihnya tersebut.
"Oppa sudah tidak waras? Aku benar-benar tidak memiliki tenaga untuk melakukannya. Lagian bagaimana kalau ada yang melihat kita?"
"Ya biarkan saja. Lagian ini masih terlalu pagi. Kita tidak akan bertemu orang-orang yang sering merekam rumah kita."
Jennie tertawa sinis dalam hati. Sepert dugaannya, lelaki itu pasti tidak peduli.
"Bagaimana kalau ada wartawan?"
"Aku bisa membeli mereka. Dispatch saja tidak pernah bertindak selama ini. Lagian paparazi juga butuh istirahat, Sayang. Jadi kau tidak perlu khawatir."
Entah mendapat kekuatan dari mana, akhirnya Jennie memukul kepala Taehyung. Rasa kesalnya dia salurkan dengan harapan bisa menyadarkan lelaki yang menjadi kekasihnya tersebut.
Taehyung pun mengeluh ketika mendapatkan pukulan tiba-tiba dari sang wanita. "Aduh! Kenapa kau memukulku?" Protes lelaki yang bersikap seolah tidak tahu letak kesalahannya.
"Lagian, bagaimana Oppa bisa berbicara seperti itu? Dan mau sampai kapan Oppa akan membanggakan uang Oppa?"
"Entahlah. Namanya juga banyak uang. Apa yang harus ku lakukan dengan itu?" Jawab Taehyung yang mengendikkan bahunya. Menunjukkan sikap acuh tak acuh yang tentu saja membuat kepala Jennie terasa semakin ingin pecah.
Perempuan itu memejamkan mata seraya memijit pelipisnya. "Ya Tuhan... Bagaimana Engkau bisa memberikan hamba kekasih seperti ini?" Dia berucap pasrah yang malah membuat Taehyung melebarkan kedua sudut bibirnya lebar. Menangkup wajah sang wanita seraya membubuhkan banyak kecupan disana.
"Ini takdir sayang. Ini takdir..." Ucapnya yang semakin membuat Jennie jengkel.
***
Full version ada di karya karsa ya...
Terimakasih sudah membaca