Jennie Kim. Seorang penyanyi yang saat ini sudah menjadi superstar. Banyak penghargaan yang dia baik seorang diri maupun dengan grup dapatkan sepanjang karirnya. Hal tersebut merupakan hasil kerja keras, keringat, serta tangis dari masa remaja yang sudah dia pertaruhkan untuk bisa berada di titik seperti sekarang. Tidak mudah, tapi itu adalah impiannya. Jadi seberat apapun itu, Jennie akan tetap berusaha melaluinya.
Saat ini kaki mungilnya tampak melenggang tegas di keramik bandara. Menarik banyak pasang mata untuk memperhatikannya. Perempuan bernetra kucing dengan wajah mungil serta tubuh sempurna hingga pakaian apapun tampak indah ketika dikenakan itu baru saja menyelesaikan jadwal luar negeri bersama rekan satu timnya.
Banyak kamera dari para wartawan serta penggemar yang terus mengikutinya. Meski begitu dia tetap mencoba melalui kerumunan itu dengan baik. Wajahnya sedikit menunduk serta sesekali melambaikan tangan yang disertai senyum gummy miliknya. Tak jarang Jennie juga mengambil beberapa surat dari penggemar yang selalu setia mendukungnya disaat banyak orang terus-terusan melontarkan kebencian tanpa henti.
Jennie sudah tidak peduli tentang hal itu. Sebab pembenci akan tetap menjadi pembenci terlepas dari apapun yang telah dia lakukan. Karena ada salah satu hal yang telah dia pelajari dalam hidup yaitu, dia tidak bisa mengontrol pikiran dan perilaku oranglain agar bisa seperti yang dia inginkan. Jadi Jennie mencoba untuk tidak memukirkannya. Yang terjadi biarlah terjadi.
Jennie melangkahkan kakinya dengan riang. Kembali pulang ke Korea adalah hal yang selalu membahagiakan untuknya. Bukan tanpa alasan, tentu saja selain karena sang ibu, seorang pemuda yang berhasil menakhlukkan hatinya adalah salah satu hal yang membuatnya seperti itu. Terlebih, Jennie memiliki begitu banyak cerita tentang kerajaan Inggris setelah menghadiri undangan langsung
Sang Raja dari negara yang memiliki julukan Land of Hope and Glory itu.Ahh Jennie rasanya ingin cepat-cepat sampai ke apartemen dan memeluk tubuh dengan aroma musk yang sudah sangat dia rindukan.
"Hati-hati di jalan, Unnie."
Itu adalah ucapan Rose ketika Jennie hampir mencapai tempat penjemputan.
Jennie menoleh kebelakang sambil mengangguk dengan senyumnya yang teduh kepada adiknya itu.
"Kau juga. Selamat bersenang-senang dengan keluargamu, Rosie.." Balas Jennie sebelum memasuki Van miliknya.
Jennie adalah orang pertama yang memasuki Van. Ya, saat ini mereka tidak harus menaiki satu kendaraan yang sama lagi, sebab setiap dari mereka memiliki waktu individu masing-masing. Oleh karena itu dia, Jisoo dan Rose menaiki kendaraan yang berbeda.
"Oppa, bisakah menyetirnya lebih kencang? Tubuhku sangat lelah, jadi aku ingin segera sampai." Ucap Jennie yang sudah diketahui oleh lelaki yang ada dibalik kemudi itu bahwa alasan yang disampaikan Jennie adalah bohong. Sebagai seseorang yang sudah cukup lama bekerja dengan perempuan tersebut, dia tahu bahwa alasan kenapa Jennie ingin cepat sampai bukanlah lelah, melainkan karena orang yang sudah sangat dinantikan oleh perempuan itu.
"Tidak bisa. Aku tidak mau dipecat perusahaan karena melanggar aturan," Jawab lelaki itu seadanya lalu melajukan mobil dan membuat Jennie mendengus kesal.
Beberapa menit berlalu, Jennie mengernyit ketika melihat keluar jendela. Pemandangannya tampak berbeda dari yang biasa dia lalui.
"Tunggu, bukankah kita salah jalan? Ku rasa arahnya bukan kesini." Tanya Jennie pada sosok dibalik kemudi yang melirik pada spion tengah.
Namun Jennie tidak mendapatkan jawaban. Malah mobil yang dia naiki saat ini berbelok pada pusat pembalanjaan dan berhenti di parkiran yang cukup sepi saat itu.
Tentu saja hal itu membuat Jennie tak suka. Amarahnya mencuat. Akan tetapi sebelum menyemburkan emosi yang tersulut itu, ketukan dari arah jendela membuyarkan perhatiannya.