Taehyung terlihat sedang berjalan keluar dari gedung agensinya. Hari ini pemuda itu memiliki pertemuan dengan orang-orang perusahaan untuk membahas tentang promosi lagunya yang akan dirilis dalam waktu dekat. Pembahasan itu berlangsung cukup cepat. Karena perusahaan yang dapat memahami dan menerima pertimbangan Taehyung dengan baik.
Oleh karenanya. disinilah pemuda itu sekarang. Dia berada di tempat parkir yang ada di gedung perusahaannya. Tidak ada manager yang mendampingi. Sebab pemuda itu memilih untuk melajukan mobilnya sendiri dari apartemen miliknya.
Dibalik kemudi, Taehyung sedang melakukan panggilan. Hanya saja sepertinya panggilan itu tak mendapatkan balasan. Tampak dari reaksi Taehyung yang menghela napas sebelum kembali membuat panggilan ulang.
Hingga pada panggilan ketiga yang dia lakukan, dia pun mendapatkan sahutan.
"Akhirnya. Kau darimana saja? Kenapa baru menerima panggilanku?" Cerca Taehyung yang lega sekaligus kesal. Dan yang membuatnya lebih tak habis pikir adalah decakan yang terdengar dari seberang sana.
"Ckk, berlebihan. Bagaimana aku bisa mennerima panggilan Oppa dengan cepat kalau aku saja baru selesai mandi?" Ucap sang wanita yang tak kalah jengkel. Dan hal tersebut menguapkan seluruh kekesalan yang sebelumnya sempat mendera pemuda tersebut.
"Oh, baru selesai mandi. Kalau begitu bisakah kita ganti menjadi panggilan video?" Pungkas Taehyung yang ber-oh ria seraya menganggukkan kepala mengerti. Bibirnya sudah bisa tertarik keatas. Berbeda sekali dengan beberapa saat lalu yang bahkan wajahnya tampak begitu suram.
Dan tentu saja hal itu ditolak tegas oleh Jennie. "Dasar mesum. Tidak. Aku tidak mau."
"Hanya sebentar saja. Lagian tidak ada yang melihat. Aku ada dimobil. Kau tak perlu khawatir."
"Kalau Oppa tetap seperti ini, akan ku tutup panggilannya."
Ancaman tersebut membuat Taehyung tak mampu berkutik selain memilih untuk berhenti.
"Baiklah-baiklah. Aku tidak akan berkata seperti itu lagi. Tapi jangan tutup panggilannya ya," Pinta Taehyung dengan nada memohon.
"Kenapa Oppa menelepon?" Ada sedikit nada jengkel yang masih tersisa dari sang wanita. Taehyung dapat mengetahuinya dengan jelas.
"Ayolah Baby, apa harus ada alasan untuk menelepon kekasih sendiri?" Taehyung menggunakan nada menggoda. Upaya yang dia lakukan untuk memadamkan percikan api yang tengah menyulut kesabaran sang wanita karena dirinya.
"Jangan bicara omong kosong. Jika tidak ada alasan, Oppa tidak mungkin memanggilku hingga beberapa kali."
Taehyung menghela napas panjang. Memang ya, jangan sekalipun mencoba untuk membuat masalah dengan perempuan. Sebab, sedikit saja mereka terusik akan sangat sulit bagi lelaki untuk membuatnya kembali. Perempuan sangat mengingat hal-hal kecil yang membuatnya kesal.
"Aku memang bersalah karena sempat jengkel padamu tadi. Jadi maafkan aku, okey."
Jennie hanya membalas dengan deheman singkat. Beruntungya Taehyung sudah terbiasa dengan sikap merajuk Jennie. Sehingga dia tahu bagaimana cara untuk memenangkan hati kekasihnya kembali.
"Jadi kenapa?"
"Yang pertama adalah, karena aku merindukan kekasihku. Dan selain itu, Baby apa kau sudah makan?" Tanya Taehyung. Ini adalah salah satu strategi yang bisa dia gunakan. Bukankah makanan adalah umpan ampuh yang tak bisa ditolak? Ya setidaknya itu selalu berhasil ketika dia terapkan pada sang wanita.
"Belum." Ucap Jennie singkat.
"Aku akan pulang setelah ini. Kau mau makan apa? Akan ku bawakan."
Tampak ada jeda cukup lama sebelum Taehyung bisa kembali mendengar suara seng wanita. "Ehm, itu-- bisakah Oppa membelikan ku sesuatu yang nyam nyam nyam. Ya, aku ingin makanan yang seperti itu, Oppa."
Tiba-tiba saja Taehyung menyesali tawarannya. Dia memejamkan mata sejenak sembari menyenderkan punggungnya. Sebelah tangannya memijat kepala karena pusing.
"Ahh.. Jadi kali ini aku harus bermain tebak-tebakan lagi ya." Kata Taehyung dengan hembusan napas panjang.
"Ada apa dengan nada bicara Oppa? Oppa menyesal? Kalau begitu Oppa tidak perlu membawakanku apapun."
"Ya Tuhan, bukan begitu, Baby." Taehyung buru-buru memperbaiki cara duduknya. Tubuhnya terlihat tegak seperti seorang prajurit yang sedang dihukum atasannya.
"Lalu apa?"
"Aku-- aku hanya bingung dengan makanan nyam nyam nyam apa yang kau maksud itu." Ucap Taehyung yang mengutarakan isi kepalanya saat ini.
"Oppa kan kekasihku. Harusnya Oppa tau apa yang ku inginkan."
"Ya, tapi kan siapa yang tau kalau kau hanya mengatakan nyam nyam begitu."
"Bahkan managerku pun bisa mendapatkannya. Kalau begini apa bedanya Oppa yang kekasihku dengan manager?"
"Hei jangan samakan kami, ya. Aku tau lebih banyak tentangmu."
"Kalau begitu seharusnya Oppa tidak perlu bingung dengan permintaanku tadi."
"Ta--pi---"
"Haruskah aku memikirkan ulang hubungan kita Oppa?"
Tentu saja perkataan Jennie itu membuat Taehyung merespon cepat. "Tidak!! Jangan pikirkan apapun. Aku akan mendapatkan apa yang kau minta. Apapun itu." Ucapnya mantap.
"Baguslah kalau begitu. Ku harap Oppa membawakan sesuatu yang ku inginkan."
"Ya. Tentu saja. Aku kan kekasih yang sangat mengerti tentangmu. Jadi kau tenang saja, okey. Dan jangan memikirkan apapun tentang hubungan kita. Kita sedang baik-baik saja saat ini."
"Iya. Kalau begitu semangat, Oppa. Bawakan aku sesuatu yang enak. Aku mau ganti baju sekarang. Bye.." Tepat ketika Jennie melontarkan kata terakhir itu, panggilan terputus. Meninggalkan Taehyung yang sedang bingung karena harus berpikir keras tentang makanan keinginan sang kekasih.
"Hah, dasar nyam nyam nyam sialan." Umpat Taehyung kasar lalu menyugar surainya kasar kebelakang. "Perempuan memang sangat membingungkan. Untung saja aku mencintainya." Gumamnya pelan sebelum melajukan mobil miliknya untuk mencari nyam nyam nyam misterius yang membuat kepalanya ingin pecah.
***