Grateful To Have You

724 116 54
                                    

Jennie segera melangkah sesaat ketika mendengar suara pintu terbuka. Derapnya terlihat tergesah. Terlebih, ketika sebuah suara dari seorang lelaki yang teramat ia rindukan menguar mengisi seluruh ruangan dengan semangat.

"Aku pulang,"

"Ahh....Oppa tentara ku akhirnya pulang juga!" Sambut Jennie antusias. Dia langsung berhambur memeluk Taehyung. Lelaki yang kini berada didepannya dengan masih mengenakan pakaian kebanggan sebagai abdi negara selama hampir dua tahun ini.

"Nampaknya kau tidak begitu merindukanku." Celetuk Taehyung sesaat ketika Jennie melepaskan pelukannya, membuat pemuda itu terpaksa melakukan hal yang sama.

Jennie yang tak mengerti maksud dari ucapan sang kekasih hanya bisa mengernyitkan dahi bingung. "Maksud, Oppa?"

"Yah, lihat saja. Tidak ada ciuman selamat datang. Rasanya seperti aku sudah terlupakan. Ya Tuhan, hatiku sakit sekali. Aku tidak menyangka kekasih yang dulu senang sekali menyentuhku bisa berubah sebanyak ini. "

"Oppa ini sedang mabuk, ya? Bicaranya ngelantur sekali. Kalau mau cium tinggal bilang saja. apa susahnya daripada merengek. Seperti bocah saja." Jennie berjinjit. Menggapai wajah Taehyung yang rahangnya semakin tegas. Perempuan itu membubuhkan kecupan ringan di pipi Taehyung. Akan tetapi nampaknya lelaki itu masih tidak puas. Bibirnya merengut. Maju seperti seekor bebek.

Dia pun berbalik. Meninggalkan Taehyung dengan langkah yang berderap cepat. Kembali menuju meja makan dengan Taehyung yang mengekor dibelakangnya.

Lelaki itupun ikut duduk disamping Jennie. Menyangga kepala menggunakan satu tangan yang tentu saja membuat Jennie tidak nyaman diperhatikan seperti itu.

"Kenapa? Oppa mau makan juga?"

Taehyung menggelengkan kepala pelan. "Tidak. Aku sudah makan malam di kamp dengan peserta pelatihan. Kalau makan yang lain bagaimana?" Ucap Taehyung menggoda.

Jennie hanya melirik sinis mendengar kalimat Taehyung yang ambigu namun menjurus pada hal yang tidak seronoh.

Taehyung masih terus memandangi perempuan yang begitu cantik didepannya. Wajah polos tanpa riasan adalah salah satu yang di rindukan. Kulitnya yang seputih susu pasti sangay lembut ketika bersentuhan dengan miliknya. Dan juga, bibir itu--bibir berwarna merah muda yang lembab dan kenyal tersebut--

"Bisakah Oppa berhenti melihatku seperti itu?"

"Seperti apa?" Taehyung mengerjab pelan. Dia tidak menyangka kalau isi pikirannya begitu kotor. Bisa-bisanya dalam sekejab dia bisa hilang akal dengan membayangkan hal menggairahkan tentang kekasihnya.

"Oppa lihat saja ke cermin sekarang. Lihat bagaimana ekspresi Oppa yang seperti lelaki mesum."

"Kejam sekali. Padahal aku belum melakukan apapun."

"Awas saja sampai berani melakukan apa yang ada dipikiran Oppa sekarang. Aku lelah. Seharian ini aku berada di studio untuk mempersiapkan perilisan lagu baruku."

"Iya-iya. Aku tahu." Jawab Taehyung dengan nada kecewa. Namun secepat kilat wajah murung yang barusan terlihat itu berubah ketika sesuatu teringat dipikirannya. "Kenapa kita malah membahas hal yang tidak penting ini. Aku sampai lupa tentang alasan terbesarku kemari malam ini."

"Apa ada sesuatu yang penting?"

"Ini lebih dari penting dari sesuatu yang penting."Melihat keseriusan sorot mata Taehyung, Jennie meletakkan sendoknya. Dia menggeser tubuh untuk sepenuhnya menghadap lelaki itu.

"Oppa mau membicarakan apa?"

"Tapi kau harus menjawabnya dengan jujur. Tidak boleh berbohong."

"Iya, aku akan menjawabnya dengan sungguh-sungguh seperti perkataan Oppa."

THEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang