17. Deeper

1.7K 214 52
                                    

Hai, long time ga saling sapa. Bagaimana kabar? I hope everything is fine.

Happy reading.

***

Rasa lelah tak sebanding dengan kebahagiaan ketika bisa bertemu dengan para penggemar yang telah memberikan seluruh cinta padanya secara langsung. Meskipun konser hari ini telah usai dengan suka cita, namun gemuruhnya masih membekas dalam benak.

Teriakan dan sorakan yang bergema pada stadion memberikan sebuah kekuatan untuknya. Cinta para penggemarlah yang membuatnya dapat berdiri tegap hingga sekarang. Mereka yang menguatkannya disaat begitu banyak badai menerjang dan ingin menjatuhkan. Jennie sangat bersyukur untuk itu. Dia--sangat berterimakasih pada setiap dukungan yang diberikan oleh penggemar yang dengan begitu tulus percaya padanya.

"Unnie benar-benar tidak ingin ikut?" Tanya adik bungsu nya. Lalisa menatap dengan sorot tak yakin.

"Aku akan beristirahat di hotel saja." Balas Jennie pada sang adik. Bertahun-tahun berjuang bersama untuk mewujudkan mimpi, membuat keduanya seperti sebuah keluarga.

"Apa Unnie tidak apa sendirian? Maksudku kami akan melakukan perayaan dengan makan bersama dengan semua staff. Apa aku menemani Unnie saja?"

"Aku tidak apa sendirian. Kau nikmati saja acaranya nanti."

"Bukan begitu, tapi kan kaki Unnie cedera. Dan itu terjadi pada kaki Unnie yang belum sembuh sempurna."

"Hanya sedikit sakit. Aku tidak apa-apa."

Gadis Thailand itu menatap sangsi akibat pernyataan yang diberikan sang Kakak yang sekarang berada dalam satu mobil dengannya.

"Well, meski rasanya seperti mau mati pasti Unnie tetap mengatakan kalau sedikit sakit. Unnie kan selalu menyimpan rasa sakitnya sendiri."

"Aku tidak berbohong, Lisa. Hanya sedikit sakit saja. Lagian aku bukan bocah lima tahun yang akan menangis hanya karena terkilir. Kau tidak perlu secemas itu."

Desahan pasrah keluar dari bibir sang gadis Thailand itu.

"Baiklah, aku tidak bisa membujuk Unnie ketika Unnie sudah sekeras ini."

Mobil berisikan dua bintang dunia itu kini sudah berada diparkiran hotel. Beberapa hari ini mereka menginap disebuah hotel yang kelasnya tidak diragukan lagi. Sehingga mereka dapat beristirahat dengan nyaman dan aman tanpa khawatir akan gangguan dari pihak tidak bertanggung jawab.

"Unnie berjanjilah, jika terjadi sesuatu Unnia harus segera memberitahu kami."

"Iya aku berjanji akan menghubungi kalian jika terjadi sesuatu." Ucap Jennie lalu membuka pintu untuk turun. Mobil tersebut berputar untuk kembali mengantarkan Lalisa ke tempat dimana acara dilaksanakan bersama Jisoo dan Rose serta para staff.

Kaki mungil itu memasuki hotel dengan langkah yang berbeda dari biasanya. Tidak begitu parah, tapi cukup membuatnya meringis ketika barusaha berjalan normal.

Ada perasaan tak suka pada diri sendiri. Jennie membenci dirinya yang begitu ceroboh melukai kakinya lagi. Padahal keadaan kaki nya sudah jauh lebih baik sehingga dia bisa menunjukkan penampilan yang terbaik didepan para penggemar.

Dan ketika cedera itu dia dapatkan, ketakutan tiba-tiba menghampirinya. Dia takut menjadi objek kebencian lagi. Dia takut kembali mendapatkan caci maki yang begitu menyakiti hatinya lagi. Dia---takut jika kembali dibenci atas apa yang tidak dia lakukan.

Suara dentingan lift menyadarkan lamunannya. Kilatan cahaya pada angka 8 menunjukkan bahwa dia sudah berada di lantai dimana kamarnya berada. Jennie berjalan keluar lalu mengambil benda berbentuk hartu yang ada didalam tas.

THEIRSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang